Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Pusaran Berbahaya

28 Desember 2018   18:51 Diperbarui: 28 Desember 2018   23:55 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mataku kau sandera
di pagi buta, yang kau sebut sebagai asal muasal romantika
seharusnya aku diam, tapi aku terlanjur geram
aku akan merapal sejumlah mantra, yang baru hari ini dituliskan
entah akan aku tiupkan, atau sekedar aku pamerkan
di pertunjukan sederhana, bagaimana menaklukkan kerumitan

Hatiku yang berbahaya
kau asapi dengan dupa, hingga lumpuh ketajamannya
semestinya aku berang, tapi aku terlanjur diam
menjadi berbahaya tidak selamanya menyenangkan
mudah padam bila hujan
gampang lebam jika dijatuhkan

Rupanya pendulum sedang berputar mata
kali ini hatiku kau sandera, di pusaran yang berbahaya

Pagi memang buta
tapi cinta tak pernah membuta
Lalu apa?
Haruskah aku rabun senja saja?

Jakarta, 28 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun