"Sambil berjalan mencari jalan keluar kita harus mengeksplor hutan hidup ini. Perjalanan kita akan sia-sia jika kita tidak melakukannya. Kita tidak punya kemewahan waktu," Ben meyakinkan teman-temannya. Tidak ada yang mengatakan tidak. Mereka sepakat sepenuhnya.
Sambil terus berhati-hati, ketiga anggota team ekspedisi ini berusaha mencari jalan keluar dari hutan hidup yang mengerikan ini. Dalam setiap langkah, mereka menyempatkan diri untuk mencatat apa yang dilihat dan ditemukan.
Pohon-pohon pemangsa itu memang takut terhadap api. Sulur-sulurnya yang menjadi tangan penangkap mangsa langsung menjauh begitu api didekatkan. Begitu pula binatang-binatang beracun yang begitu banyak terdapat di lantai hutan.
Satu hal yang masih menjadi pertanyaan dan mesti dipastikan adalah ternyata tidak semua pohon adalah pemangsa. Hanya jenis-jenis tertentu saja yang bisa digolongkan sebagai pemangsa. Di jenis yang lain banyak sekali monyet tidur di antara dahan-dahannya. Juga ular, burung dan kelelawar.
Tet mencatat jenis-jenis pemangsa itu dengan teliti. Pengetahuan ini akan sangat berguna jika nanti mereka harus melewati hutan aneh ini lagi.
Mereka terus berusaha keluar dari hutan. Tidak ada pedoman yang pasti. Tapi mereka sengaja menyusur aliran sungai.
"Jangan sekali-kali masuk ke dalam sungai. Kita tidak pernah tahu keanehan apalagi di sungai kecil itu," Tet memperingatkan teman-temannya.
Belum juga Tet menjelaskan lebih lanjut, terdengar suara gaduh di belakang mereka. Buru-buru ketiganya bersembunyi di balik pohon yang normal. Suara gaduh itu seperti binatang yang sedang berkejaran.
Benar saja! Seekor rusa kecil berlari kencang berusaha menyelamatkan diri dari seekor leopard yang mengejarnya.
Rusa kecil itu dengan sekuat tenaga melompati sungai kecil yang tak lebih dari 4 meter lebarnya. Lompatan tinggi rusa itu diikuti leopard yang tak mau kehilangan mangsanya. Keduanya nyaris berhasil sampai di seberang. Namun yang terjadi kemudian membuat mata ketiga sekawan itu terbelalak bukan main!
Saat tubuh kedua binatang itu melenting di udara, air sungai yang semula tenang mendadak bergolak. Terbentuklah sebuah lidah air yang seperti menjilat kedua binatang itu. Keduanya menggapai-gapai tepian untuk melepaskan diri dari jeratan air yang menggulung mereka persis seperti laba-laba ketika membungkus mangsa dalam jalinan kepompong.