----
Keempat orang yang sedang melewatkan malam di hutan yang hidup itu sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Semuanya ketakutan. Hutan itu bisa sewaktu-waktu memangsa mereka dengan caranya yang aneh.
Mereka hanya berharap matahari segera tiba.
Ben terus menyalakan api dengan benda apapun yang bisa didapatkan. Bahkan karena kini mereka kehabisan ranting-ranting kering, Ben berinisiatif sedikit gila dengan mulai menjadikan tengkorak yang banyak terdapat di lantai hutan sebagai bahan bakar.
Anehnya bahan bakar dari tulang belulang itu ternyata bekerja dengan baik! Mungkin karena tulang belulang itu masih mengandung banyak minyak hewani dan belum keropos. Ben dan teman-temannya bernafas lega. Satu masalah terselesaikan. Mereka tak akan kekurangan api hingga pagi.
"Ben, aku punya ide!" teriakan Rabat memecah kesunyian. Ben dan Tet memandang penuh tanya.
Rabat tidak menjelaskan idenya apa. Laki-laki ini malah sibuk memilih tulang yang masih berminyak lalu membungkusnya dengan bajunya yang telah dioleskan terlebih dahulu ke tulang lainnya yang dihancurkan. Rabat membuat obor!
Rabat menoleh ke teman-temannya yang masih menatapnya kebingungan. Tersenyum dengan bangga.
"Kita bisa mencari jalan keluar dari hutan hidup ini malam ini juga. Bahkan mengeksplorasinya jika kita mau. Kita sudah tahu hutan hidup ini takut terhadap api. Kita buat obor sebanyak-banyaknya."
Yang lain tersadarkan dengan cepat. Ide brilian! Daripada harus menunggu pagi kenapa tidak mereka lakukan saat ini? Waktu sangat berharga. Mereka tidak tahu apa yang terjadi di kapal. Ran dan Cindy mungkin dalam bahaya.
Ketiga sekawan ini akhirnya berhasil membuat obor dari tulang yang cukup banyak. Rasanya cukup hingga pagi. Sekarang saatnya mencari jalan keluar?