Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Eksplorasi Pulau Tengkorak)

16 November 2018   07:41 Diperbarui: 16 November 2018   07:47 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ran dan Ben menggotong tubuh Cindy ke klinik tersebut. Ben meninggalkan Ran yang berjaga di luar ruangan. Ran meminta Ben membawa senjata laser satu-satunya yang ada. Mereka akan melakukan eksplorasi di sebuah pulau tak dikenal dengan nama yang cukup mengerikan. Pulau Tengkorak. Oleh karena itu tidak ada salahnya mereka membawa senjata itu.

Ben sudah mempelajari bahwa jalan satu-satunya untuk menaiki daratan adalah dengan keluar menggunakan sekoci. Tidak ada jalan lain. Oleh karena itu mereka menurunkan sekoci kecil yang ada. Tiga orang yang kelelahan itu segera menaiki sekoci dan mulai mendayung keluar dari gua raksasa itu.

Air laut sedang tenang. Ben dan kawan-kawan tidak mau terburu-buru. Mereka sekalian menghafalkan jalan keluar terbaik. Jika saja suatu saat nanti dibutuhkan pada saat emergency.
Rupanya tidak jauh di samping belakang gua terdapat pantai yang landai. Dengan semangat berlipat, Ben dan kawan-kawan mendaratkan sekoci. Menyeretnya agak jauh dari pantai. Ditakutkan saat ombak pasang, sekoci itu akan terseret ke tengah.

Ben, Tet, dan Rabat berdiri berjajar memandang hamparan pulau di hadapan mereka. Nampak belantara hijau yang sangat lebat membentang seolah tanpa putus. Bahkan saking tua dan rapatnya belantara itu terlihat menghitam. Cantik tapi misterius.

Cukup lama ketiganya termangu takjub. Pulau ini bernama Pulau Tengkorak. Tapi sama sekali tidak ada kesan apapun yang mengindikasikan keseraman namanya. Atau belum?

Ketiga sekawan ini memutuskan berjalan. Tugas mereka adalah mencari tempat yang baik dan aman serta menjauh dari kapal yang sekarang menjadi tempat paling berbahaya bagi mereka.

Mereka baru merasakan aura yang berbeda dari hutan belantara ini setelah memasukinya. Lantai hutan begitu gelap dan lembab karena cahaya matahari kesulitan untuk menerobos masuk melalui celah tajuknya yang sangat rapat. Mereka seolah berada dalam dunia yang begitu suram. Membuat segalanya menjadi muram.

Ketiganya terus berjalan menembus kelebatan hutan. Agar bisa kembali dan tidak tersesat, Tet menandai jejak datang mereka dengan cat semprot berwarna terang di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Semakin jauh mereka berjalan yang ditemui hanyalah hutan lebat dan rapat. Bahkan pada satu kesempatan mereka tidak berhasil menembusnya. Terhadang oleh sulur-sulur semacam rotan yang saling mengikat sampai tidak ada celah untuk lewat. Kecuali barangkali untuk binatang kecil sebesar anjing pudel atau kelinci. Terpaksa mereka berputar menghindar.

Pada saat itulah mereka dikejutkan dengan sebuah kejadian yang sama sekali tak disangka-sangka.

Seekor kelinci yang terkejut dengan kemunculan manusia di hutan ini langsung saja melompat lari ketakutan. Kelinci itu mengerahkan segenap kekuatan larinya untuk menghidari Ben dan kawan-kawannya, secepatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun