Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Bio Research)

11 November 2018   22:58 Diperbarui: 12 November 2018   03:49 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: inquisitr.com

Pulau Persembunyian

Mendengar Ben berteriak cemas tentang kedatangan Pasukan Kematian, Cindy yang tadinya masih terbaring sambil berusaha mengerjap-ngerjapkan matanya yang terasa aneh, langsung bangkit berdiri. Ben yang melihat Cindy mendatangi layar monitor dan memperhatikannya dengan seksama, bergidik ngeri. Mata merah Cindy itu sungguh aneh!

Begitu pula yang lain. Mereka sudah terbiasa dengan mata hitam Cindy dan sekarang disuguhi perubahan warna matanya yang sangat mencolok. Merah membara. Layaknya saga.

Cindy sadar dengan keheranan dan segala kengerian yang beredar di ruang kemudi, tapi gadis itu mengambil sikap tak peduli. Mata merahnya menatap layar monitor tanpa berkedip. Menyaksikan Pasukan Kematian berenang dengan cepat menuju kapal. Pemimpinnya yang besar nampak di depan.

Keanehan mata Cindy ternyata membawa keanehan berikutnya. Gadis itu bisa memproyeksi secara detail ke arah mana Pasukan Kematian itu berniat mendarat. Mereka berniat masuk lagi lewat lubang di dinding kapal yang sebelumnya mereka bobol untuk melarikan diri.

Aneh! Kenapa mereka hendak masuk lagi lewat situ? Cindy mengrenyitkan keningnya.

Semua orang kebingungan. Cindy semakin aneh saja. Apa yang sedang bergulat dalam pikiran gadis bermata merah itu?

"Mereka dikirim oleh sesuatu! Atau seseorang sedang mengendalikan mereka! Mereka bukan hendak menyerang kita. Tapi mengambil sesuatu yang sangat berharga di laboratorium," ucapan lirih Cindy terdengar jelas oleh semuanya.

Ran tidak mau bertanya darimana Cindy tahu semua itu. Sejak terkena duri aneh dan beracun tempo hari, keanehan demi keanehan yang dialami Cindy tak bisa diduga.

"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang Cindy?" Tet mendahului Ran yang hendak bertanya hal yang sama.

"Kita harus mencegah mereka! Karena itu sebelum mereka sampai, kita harus mempersiapkan diri. Senjata laser itu bisa melukai mereka. Tapi jumlahnya cuma satu. Tak akan cukup. Sementara perisai medan listrik di kapal ini bisa padam kalau mereka berniat menabrakkan diri dan mengorbankan separuh dari jumlah mereka," panjang lebar Cindy menjelaskan.

Semua orang betul-betul ternganga mendengar penjelasan Cindy yang runut dan detail itu. Seolah-olah Cindy adalah seorang sutradara yang tahu persis bagaimana jalannya cerita.

Tapi setidaknya mereka tahu apa yang akan terjadi. Mereka sama sekali tidak meragukan kemampuan aneh Cindy. Dan mereka harus memecahkan persoalan bagaimana cara mencegah Pasukan Kematian mengambil sesuatu yang berharga di laboratorium. Tidak ada yang tahu itu apa dan atas suruhan siapa.

Ran mengambil keputusan cepat.

"Ben, Tet, kalian paling tahu mengenai komputer dan sebangsanya. Carilah cara bagaimana kita bisa masuk lebih dahulu ke laboratorium sebelum Pasukan Kematian tiba. Secepatnya!"

Ben dan Tet saling berpandangan. Masuk akal. Tapi...

Ran paham jalan pikiran kedua rekannya, "aku tahu kalian memikirkan apa yang sedang mereka cari. Supaya kita bisa mendahului mereka mengambilnya. Tak usah pusing dengan itu. Jika kita tahu bagaimana cara membuka pintu itu setidaknya kita bisa mencari itu apa. sebelum keduluan oleh mereka."

Ben dan Tet tak mau banyak bertanya lagi. Keduanya buru-buru berlari ke bawah. Menuju laboratorium. Cindy melambaikan tangannya. Menoleh kepada Rabat dan berseru,

"Tunggu! Kalian pasti perlu aku di bawah. Rabat tolong pelototi layar monitor yang mengawasi gerak Pasukan Kematian. Kabari kami jika mereka lebih dulu masuk daripada kami."

"Ok Cindy. Aku akan membantu Rabat di sini memonitor keadaan. Tet bawa senjata laser ini. Pasti lebih berguna di bawah daripada di sini."

Masing-masing orang lantas melakukan tugasnya. Tanpa banyak bicara. Situasi sedang genting. Tak ada gunanya banyak bicara.
----
Sementara itu di Kapal Bio Research Charly terjadi kesibukan luar biasa. Orang-orang berkumpul di sebuah ruangan rapat kapal. Menatap 2 layar monitor besar secara bergantian. 1 monitor memperlihatkan sebuah titik besar yang diam tak bergerak. Dan juga titik kecil-kecil yang mendekati titik besar itu dengan cepat.

Sementara monitor yang lain memperlihatkan sebuah view dari kamera yang bergerak di bawah permukaan laut. Orang-orang itu memantau sebuah shuttle submarrine yang sedang bergerak maju.

"Pasukan Kematian masih berjarak sekitar 1 Nautical Mile dari Bio Research Alpha Capt. Dalam waktu beberapa menit mereka akan sampai dan menerobos masuk," seorang perwira kapal, nampak dari seragamnya, melapor kepada seorang tinggi besar berwajah muram yang tekun melihat layar monitor.

"Tunggu. Berikan perintah untuk memperlambat diri. Aku tidak mau kehilangan separuh dari pasukan berharga itu hanya untuk mendobrak masuk dan mematikan perisai listrik Bio Research Alpha. Tapi jika ada keadaan memaksa, dobrak saja perisai mereka dan ambil target segera. Separuh pun masih berguna untuk kita. Hanya saja Lady Boss akan mengamuk kalau tahu kita meledakkan beberapa puluh juta dolarnya," tanpa menoleh sang kapten kapal memberi perintah.

"Percepat shuttle submarine kita. Aktifkan mode siluman sekarang. Mereka pasti belum sadar keberadaan shuttle itu," perintah lain sang kapten lagi.

Beberapa orang yang menerima perintah memberi hormat dan segera melaksanakan tugasnya tanpa bertanya. Sebuah disiplin militer yang cukup aneh jika melihat kapal itu adalah sebuah kapal penelitian yang biasanya berisi para ilmuwan yang canggung dalam bersikap.
-----
Ben dan Tet berkutat pada penyelidikan cepat bagaimana membuka pintu laboratorium. Mereka sibuk membaca manual yang sebelumnya sudah ditemukan. Sementara Cindy sedang fokus mengamati finger printer dan cornea identificator dengan seksama. Mata merah Cindy seperti sedang memindai sesuatu yang tak nampak oleh mata telanjang. Bekas dan jejak pemakaian sebelumnya.

Untuk pertama kalinya Cindy tersenyum. Dapat! Jejak kode di finger printer itu terlihat sangat jelas bagi matanya. sedangkan cornea identificator memperlihatkan pantulan sepasang mata terakhir yang membuka pintu itu.

Cindy maju. Jarinya menekan beberapa angka kode di finger printer. Pintu laboratorium bergeser membuka dengan suara halus. Namun tetap terdengar oleh Ben dan Tet yang langsung saja tercengang bukan main. Mereka masih sibuk mencari ini itu tapi Cindy telah jauh mendahului mereka.

Tapi itu baru pintu lapisan pertama! Ternyata masih ada pintu lagi yang malah kelihatan lebih kokoh dan tebal dibanding pintu pertama yang sebenarnya punya ukuran tebal yang tidak biasa.

Cindy melakukan lagi hal yang tak terduga. Menyodorkan matanya di depan cornea identificator dan...pintu kedua pun bergeser membuka!

Ben dan Tet mengesampingkan semua keheranan mereka. Paling penting sekarang mereka buru-buru mencari tahu apa yang sedang diincar oleh Pasukan Kematian di laboratorium. Ben dan Tet saling pandang sambil tersenyum. Menyadari kebodohan mereka. Keduanya menoleh ke arah Cindy.

"Cindy, benda apa yang sedang diincar oleh orang-orang yang mengendalikan Pasukan Kematian itu?"

Kedua kalinya Cindy tersenyum. Dia sudah memikirkan hal itu dari tadi dan sudah menemukan jawabannya setelah memindai cepat ruang besar laboratorium.

"Bukan apa tapi siapa. Lihat!" Cindy menghampiri sebuah tabung yang masih tertutup tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu menudingkan telunjuknya ke dalam tabung sambil menatap Ben dan Tet.

"Astagaaa! Cewek ini cantik sekali!" tanpa bisa dicegah Tet berseru nyaring.

"Kau benar Tet. Perempuan ini memang cantik sekali dan bodinya begitu seksi. Tapi coba kau perhatikan jari-jari tangannya. Ugh!" Ben menyahuti Tet setelah memperhatikan dengan teliti sesaat.

Cindy tertawa. Jari-jari tangan perempuan cantik dalam tabung itu punya kuku panjang seperti elang.

"Inilah yang mereka cari. Mereka akan mengambil tabung ini. Coba kalian perhatikan angka hitung mundur ini," Cindy mengetuk sebuah indikator di depannya. 1d12h45m00s.

"Uh, apa maksudnya ini?" Tet hanya termangu melihat kode membingungkan baginya itu.

Cindy memukul pelan lengan Tet.

"Itulah kalau yang kau perhatikan hanya makhluk cantik dalam tabung ini. Tanpa melihat petunjuk lainnya." Tet hanya bisa nyengir. Ben menatap Cindy dengan pandangan bertanya.

"Ini hitung mundur kawan. Dalam tempo 1 hari, 12 jam, 45 menit lagi, makhluk cantik yang super berbahaya ini akan bangun dari proses cryonya," kembali Cindy mencibir ke arah Tet.

Super berbahaya? Lagi-lagi Ben dan Tet saling pandang. Masa sih perempuan secantik ini super berbahaya?

Kali ini Cindy tertawa terbahak-bahak.

"Kalian tahu? Perempuan cantik dan seksi ini 5kali jauh lebih mematikan dibandingkan Pasukan Kematian yang mengerikan itu!"

Ben dan Tet mengangguk-angguk seperti burung dekuk.

"Kita terlalu banyak berbincang kawan. Ayo lepaskan semua kabel kamuflase ini. Kita harus mengeluarkan tabung dari laboratorium dan segera menutupnya sebelum Pasukan Kematian tiba," Cindy memperingatkan kedua temannya yang terlihat masih shock dengan penemuan ini.

Ben dan Tet kembali mengangguk patuh. Keduanya melepaskan semua kabel yang terhubung dengan tabung si makhluk cantik super berbahaya. Keduanya mengerti sekarang. Ternyata kabel-kabel yang sebelumnya diduga sebagai penunjang kehidupan itu memang kamuflase belaka. Karena begitu semua kabel dicabut, monitor kecil kehidupan masih tetap menyala. Termasuk juga angka hitung mundur tetap bergerak stabil.

Saat Ben dan Tet memusatkan tenaga pada lengan untuk mengangkat tabung itu keluar, terdengar suara keras dari luar kapal.

"Blarrr! Blarrrr! Blarrr!"

Beberapa kali ledakan terdengar. Diikuti suara-suara lenguh kesakitan yang menandakan kematian.

----

Jakarta, 11 Nopember 2018

Selanjutnya; Negeri Tulang Belulang (The Death Angel)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun