"Setelah engagement dan perundingan selama berhari-hari di Perancis. Perusahaan kita mendapatkan suntikan dana segar dari perusahaan multinasional di bawah pimpinan Bapak Pierre!" Tuan Putri mendahului bertepuk tangan. Disambung dengan tepuk tangan yang sangat meriah dari semua yang hadir.
Sebuah ketukan lalu pintu terbuka. Pierre masuk sambil tersenyum lebar. Wajahnya yang tampan nampak begitu merah. Bahkan matanya berkaca-kaca. Terlihat sembab seperti habis menangis. Tuan Putri terheran.
"Kamu kenapa Pierre? Wajahmu merah sekali. Dan matamu juga kenapa? Kelilipan?"
Pierre menyahut sambil mengelapkan tisu ke hidungnya yang terus berlelehan ingus.
"Aku tidak apa-apa Madame. Aku makan habis gado-gado pesenanmu. Enak tapi pedas bukan main!" Kembali Pierre mengelap ingusnya.
Prolet yang tadinya mendapatkan jantungnya kembali ke tempat semula setelah mendengar pengumuman yang menyenangkan dari Tuan Putri, bahwa itu semua bukan tentang pertunangan tapi engagement kerjasama dengan perusahaan lain, mendadak pucat pias. Ya ampuun, aku lupa memberitahu Mak Somah kalau 1 bungkus gado-gadonya harusnya tidak pedas sama sekali. Akibatnya menjadi seperti itu terhadap Pierre.
Prolet melemparkan permohonan maaf melalui tatapan mata memelas kepada Tuan Putri yang memang sedang memandangnya dengan penuh pertanyaan. Sekaligus geli nampaknya.
Prolet menghela nafas. Cemburunya salah alamat. Malah terlampiaskan pada gado-gado pedas. Maaf ya Pierre.
Bogor, 4 Nopember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H