Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cemburu] Prolet pada Pedasnya Gado-gado

4 November 2018   13:33 Diperbarui: 4 November 2018   13:56 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terdengar suara-suara lemah riuh rendah di ruangan pantry. Prolet membatalkan niatnya. Berita yang disebarkan Sahwat membuat perutnya mendadak melilit sakit. Dia tidak perlu kopi saat ini. Dia hanya perlu tali. Prolet menggerutu pada pikirannya sendiri sembari berlalu.

Jadi Tuan Putri mau tunangan? Duh! Terus selama ini sikapnya yang manis terhadapnya itu apa? Duh lagi!

Rasanya ini kedua kalinya Prolet mendengar kabar Tuan Putri akan bertunangan. Dulu dia sempat juga merasakan perasaan yang sama seperti ini. Semacam patah hati. Atau tepatnya remuk hati. Sebab Prolet merasa hatinya menjadi berkeping-keping. Bukan patah menjadi dua.

Tapi dia bisa apa? Toh dia bukan siapa-siapa Tuan Putri. Prolet menguatkan hatinya dengan berbagai cara. Kalaupun Tuan Putri benar-benar tunangan, dia berniat akan pulang kampung. Menemani simbok sambil merekatkan kembali keping-keping hatinya yang berantakan. Prolet merasa menjadi lelaki paling malang se alam semesta.

----

Hari Senin pagi. Prolet memarkir motor setengah tuanya di parkiran kantor dengan jantung berdebar-debar. Hari ini kabarnya Tuan Putri masuk kerja. Bagaimanapun, meski Sahwat dengan brutal terus menyebarkan berita pertunangan Tuan Putri, Prolet tetap merasakan debaran yang sama seperti sebelum ada berita itu.

Semangatnya adalah menyelesaikan payroll. Sudah itu saja. Patah hati itu masalah nanti. Masih banyak perempuan dunia ini. Tidak hanya Tuan Putri. Prolet membesarkan hatinya dengan berlagak sombong dan songong.

Prolet sudah menyiapkan semua berkas untuk ditandatangani Tuan Putri. Tuan Putri ada di ruangan bersama tunangannya. Pria bule yang gagah dan tampan. Ini berita terbaru dari Sahwat yang baru saja sengaja singgah ke meja Prolet untuk mengabarkan palu kematian bagi cinta Prolet.

Meskipun ragu-ragu dengan kemampuannya dalam menerima pemandangan yang memilukan nanti, Prolet tetap mengetuk pelan ruangan Tuan Putri.

"Masuk," sebuah suara yang selalu diibaratkan Prolet sebagai nada paling merdu dalam orkestra menyahut dari dalam.

Prolet masuk dan meletakkan semua berkas yang mesti ditandatangani Tuan Putri di atas meja. Kepalanya menunduk seperti burung Dekuk yang sakit tengkuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun