Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Burung-burung Keluar dari Mulutmu

22 September 2018   21:21 Diperbarui: 22 September 2018   21:54 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Burung-burung keluar dari mulutmu. Mengalunkan bahagia yang ada di ujung mata. Melihat pantai di hadapanmu ternyata masih ada. Meninggalkan rumah kecomang yang masih utuh tak menghilang. Lepas dari usikan lidah gelombang, maupun usilan ludah berang-berang.

Kau mengakui bahagia semakin terasa di dada. Burung-burung yang keluar dari mulutmu bahkan bernada major tentang cinta, yang bergantian dengan nada minor tentang punahnya airmata. Rumah kecomang itu dulu kau bangun ketika hari-harimu masih sering dilanda pasang. Menerjang tepian jiwa dengan semena-mena. Membuatmu mengira bahwa dunia ini dibangun dari keping-keping petaka.

Pagi ini kau membuat pernyataan bahagia secara sederhana. Dengan cara melepas burung-burung yang dulu disangkar paksa oleh waktu. Melalui mulutmu yang mulai bisa membentuk senyuman kupu-kupu. Cantik tapi tetap malu-malu.

Bahagia itu bagimu mungkin separuh dari surga. Tergelincir dari tempatnya semula. Menjatuhi atap rumahmu. Menujumu yang bahkan tak tahu apa itu sesungguhnya rindu. Sedari dulu.

Oleh karena itu kau demikian terkejut. Burung-burung yang keluar dari mulutmu mula-mula begitu takut-takut. Menduga ini semua lelucon dari takdir. Memberinya rencana mimpi yang indahnya cuma terlampir. Dan kemudian lagi-lagi membaringkanmu pada titik nadir.

Tapi mendengar irama burung-burung yang keluar dari mulutmu. Sanggup melapisi semua udara yang bisu dengan begitu banyaknya rindu. Aku yakin itu memang irama bahagia. Karena aku pun ternyata ikut terjaga.

Jakarta, 22 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun