Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mimpi tentang Telaga yang Dijaga Pertapa

21 September 2018   12:26 Diperbarui: 21 September 2018   12:28 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam mimpi.  Aku menenggelamkan diri.  Mimpi ini tentang telaga.  Berikut pohon-pohon besar berjajar di sisinya sebagai penjaga. Di pinggirannya, seorang pertapa termangu di atas batu.  Bersekutu dengan waktu.  Sama-sama memutuskan untuk gagu.

Di permukaan telaga.  Aku menuliskan ingatan apa saja yang ada di sana.  Kecipak halus air diterjang ikan-ikan yang baru saja ditetaskan, sekumpulan teratai yang berusaha sekuat tenaga menangkap sisa rintikan hujan, juga nyanyian katak bersahutan tentang kasih yang bertautan.

Di antara pohon aku terpekur.  Seumpama aku ini lemur, tentu aku sudah memanjat untuk sampai ke puncak.  Dari sana aku bisa melepaskan luasnya tatapan.  Pada mosaik sungai-sungai yang memeluk pinggang gunung, pada ladang yang ditinggalkan kemudian ditumbuhi ilalang, pada sawah yang pematangnya patah sehingga air keruh tumpah ruah.

Di hadapan pertapa itu aku mengamati.  Sesungguhnya apakah yang dicari.  Sunyi ada di mana-mana.  Sepi tak lari kemana-mana.  Kenapa harus mendaki, jika lebih nyaman menuruni.  Kenapa harus berenang, jika tepian landai sudah disediakan, kenapa harus mengheningkan cipta, jika dalam upacara saja masih disibukkan dengan bisik-bisik dan tawa.

Ini adalah mimpi tentang telaga yang dijaga pertapa.  Pada sebuah episode cerita mengenai orang-orang yang menemukan pencariannya.

Bogor, 21 September 2018

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun