Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tanya Jawab tentang Puisi

3 September 2018   21:23 Diperbarui: 3 September 2018   21:39 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“maka bangkitlah puisi tentang bumi yang sedang sakit.”

“bagaimana jika langit mendadak rubuh karena terlalu diberati peluh akibat luka-luka baru yang terus menerus tumbuh di pipinya yang dikuruskan matahari?”

“maka terciptalah puisi tentang langit yang mesti segera disediakan peti mati.”

“bagaimana jika peti mati itu tak cukup kuat untuk membawa langit ke akhirat?”

“maka segera ditiupkan puisi sangkakala menyambut hari kiamat.”

“jikapun begitu, apa yang membuat kita bisa selamat?”

“Tidak ada.  Bersiap-siaplah saja berhitung neraca.  Sisi mana yang lebih berat.”

Bogor, 3 September 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun