Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lonceng 3 Kali di Wisma Landhuis (Bagian 1 dari 3 Bagian)

4 Agustus 2018   20:53 Diperbarui: 4 Agustus 2018   21:26 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pak tua itu menghela nafas panjang.  Matanya memejam sambil mengeluarkan bisikan lirih;  Marni kembali lagi.

Ais mendengar bisikan si bapak tua," Marni siapa Mang?  Kembali dari mana?"

Pak tua itu seperti teringat sesuatu.  Sambil terus berjalan terburu-buru ke depan, dia berkata kepada Ais.  Masih dengan suara lirih,"kita harus melihat keadaan teman Neng.  Sekarang!"

Sambil menjajari langkah si bapak tua, Ais bertanya, juga dengan suara lirih," kenapa Mang?  Teman saya memang belum keluar sedari pagi.  Setelah kejadian dinihari tadi, saya tidur bersama ayah ibu saya."

Si bapak tua tidak menjawab.  Tapi mendengar Ais berkata begitu, langkahnya semakin bergegas.  Keduanya sampai ke pintu kamar 101, si bapak tua mendorong pintu kamar lalu masuk diikuti oleh Ais.

Ais melihat Reina sedang duduk di depan meja rias.  Lengkap mengenakan pakaian tradisonal Jawa.  Pakaian yang persis sama seperti yang dilihat Ais dinihari tadi dikenakan oleh perempuan muda yang menghilang ketika menghampirinya.

Reina menoleh.  Menatap Ais sambil tersenyum.  Senyum tipis dari bibir yang pucat, namun mata itu memancarkan kepedihan yang begitu dalam.  Ais terpana.  Tubuh dan wajah itu memang tubuh dan wajah Reina.  Tapi senyum dan mata itu, jelas bukan milik Reina!

----

Bogor, 4 Agustus 2018

Bersambung ke bagian 2 dari 3 bagian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun