Pak tua itu menghela nafas panjang. Â Matanya memejam sambil mengeluarkan bisikan lirih; Â Marni kembali lagi.
Ais mendengar bisikan si bapak tua," Marni siapa Mang? Â Kembali dari mana?"
Pak tua itu seperti teringat sesuatu. Â Sambil terus berjalan terburu-buru ke depan, dia berkata kepada Ais. Â Masih dengan suara lirih,"kita harus melihat keadaan teman Neng. Â Sekarang!"
Sambil menjajari langkah si bapak tua, Ais bertanya, juga dengan suara lirih," kenapa Mang? Â Teman saya memang belum keluar sedari pagi. Â Setelah kejadian dinihari tadi, saya tidur bersama ayah ibu saya."
Si bapak tua tidak menjawab. Â Tapi mendengar Ais berkata begitu, langkahnya semakin bergegas. Â Keduanya sampai ke pintu kamar 101, si bapak tua mendorong pintu kamar lalu masuk diikuti oleh Ais.
Ais melihat Reina sedang duduk di depan meja rias. Â Lengkap mengenakan pakaian tradisonal Jawa. Â Pakaian yang persis sama seperti yang dilihat Ais dinihari tadi dikenakan oleh perempuan muda yang menghilang ketika menghampirinya.
Reina menoleh. Â Menatap Ais sambil tersenyum. Â Senyum tipis dari bibir yang pucat, namun mata itu memancarkan kepedihan yang begitu dalam. Â Ais terpana. Â Tubuh dan wajah itu memang tubuh dan wajah Reina. Â Tapi senyum dan mata itu, jelas bukan milik Reina!
----
Bogor, 4 Agustus 2018
Bersambung ke bagian 2 dari 3 bagian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H