Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lonceng 3 Kali di Wisma Landhuis (Bagian 1 dari 3 Bagian)

4 Agustus 2018   20:53 Diperbarui: 4 Agustus 2018   21:26 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ais bangkit dari berbaringnya.  Menoleh ke ranjang sebelah.  Reina tidur memunggunginya.  Kelihatan nyenyak sekali.  Reina memang sahabat karibnya.  Meskipun mereka berdua berbeda asal, dia dari Riau sedangkan Reina dari Parahyangan Timur, tepatnya Sumedang, tapi dia dan Reina sudah lebih dari saudara kandung.  Mereka kuliah di fakultas yang sama, jurusan yang sama, punya hobby yang sama, tinggal berdua sekamar sejak kuliah tingkat pertama, dan sekarang sama-sama diwisuda.

Ais beranjak menuju pintu.  Berniat membangunkan orang tuanya di kamar sebelah.  Ayahnya berpesan dibangunkan agar bisa sholat malam.  Ais tahu ayahnya pasti letih sangat.  Menyetir sendirian dari Riau dengan hanya ditemani istrinya dan juga Ais.  Demi menghadiri wisuda putri semata wayangnya. 

Sedangkan Reina orangtuanya telah tiada.  Sehingga pada acara wisuda ini dia akan sendirian.  Nenek yang mengasuhnya sedari kecil tidak sanggup bepergian terlalu jauh.  Ais menghibur Reina dengan mengatakan orang tuanya adalah juga orangtua Reina.  Tidak perlu bersedih.  Mereka akan selalu bersama-sama saat prosesi wisuda besok pagi.

Sebelum membuka pintu, Ais menoleh sekali lagi ke arah sahabatnya yang sedang terlelap.  Setengah berniat membangunkannya, tapi suara lonceng kembali mengejutkan Ais dan membuatnya menoleh ke asal suara.  Teng! Teng! Teng!

Ais mengerutkan keningnya.  3 kali?  Bukankah tadi juga suara lonceng berjumlah 3 kali? Ais menyembunyikan hatinya yang mulai berdesir ketakutan.  Ah, mungkin si tukang ronda keliling kampus lupa hitungan loncengnya.  Ais mencoba melupakan dengan kembali pada niatan membangunkan Reina.

Dua pasang mata itu saling berpandangan.  Mata Ais dan....bukan sepasang mata Reina!  Ais mendapati dirinya memandangi gadis yang sekarang duduk di tempat tidur Reina.  Seorang gadis cantik manis mengenakan baju tradisional Jawa balik memandangnya sambil tersenyum.  Senyum yang aneh!  Bibirnya membentuk senyuman tapi matanya mengandung kesedihan yang begitu dalam.

Ais terpaku di tempatnya.  Rasa hatinya ingin berbalik badan dan lari keluar kamar, mengetuk keras pintu kamar ayah ibunya lalu menyusup dibalik selimut di antara mereka.  Tapi yang terjadi justru dia diam di tempat.  Seperti tersihir akan sesuatu.

Gadis asing berambut panjang itu bangkit dari ranjang Reina.  Tubuhnya melayang mendekati Ais.  Yang didekati membuka mulut hendak menjerit sekuat-kuatnya, tapi yang keluar hanya suara uh uh tak berdaya.  Wajah Ais memucat saking takutnya.  Teng! Teng! Teng!

Bersamaan dengan bunyi lonceng, gadis yang tinggal setengah meter lagi berhadapan dengan wajah Ais itu, lenyap menghilang!

Ais mengusap matanya yang dikepung keringat sebiji-biji jagung.  Jelas sekali dia melihat Reina masih tertidur dengan nyenyak di ranjang.  Lalu tadi itu siapa? Ya ampuunn.  Sekali lagi Ais mengusap keningnya yang masih beranak sungai oleh keringat dingin.

----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun