Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi│Perusak Pagi!

4 Agustus 2018   09:16 Diperbarui: 4 Agustus 2018   12:31 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau hamburkan kata tepat di mukaku; Pagi sudah bertambal-tambalan, masih kau tambah dengan sobekan baru. Kau memang perencana ulung dalam menimbulkan kerusuhan. Pagi yang tenang, kau sundut dengan hati jalang. Pagi masih setengah terpejam, sudah kau tusuk dengan mata nyalang.

Lihat! Pagi makin berlubang-lubang!

Kau melanjutkan segenap kutukan; rumput-rumput yang dimahkotai embun itu, laksana kain tenun yang dilapisi mutiara. Tapi kau hanya menganggapnya sebagai air liur yang menetes dari sudut mulut Hyena. Daun cemara saling memilin dengan lengan kabut yang tak terlihat, seperti sebuah pelukan antara kekasih yang memutuskan untuk menautkan kehendak.  Tapi kau cuma mengira itu sebagai airmata yang sedang merebak.   

Lihat! Pagi nampak begitu rusak!

Tidak berhenti sampai di situ. Kau lemparkan seringai cantik dari rumpun bambu yang sedang bergelut dengan kelembutan angin yang berlalu. Suara yang ditimbulkan seindah Gending Asmaradana. Gending agung yang hanya keluar ketika putri raja sedang jatuh cinta. Kau bilang; ini adalah persembahan terbaik dari pagi. Tapi kau hanya menatap gagap dan mendengar dengan telinga pengar.  Alangkah barbar!

Aku lantas menunduk. Merasakan segenap diri merunduk.  Kemudian membisikkan rutuk; jika aku perusak pagi, sesatkan aku dalam labirin sunyi.  Aku berjanji, tak akan keluar dari sana walaupun kau iming-imingi kesempurnaan mimpi.

Bogor, 4 Agustus 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun