Aku ingin mengajakmu melakukan ritual ziarah. Â Ke beberapa tempat yang dulunya menjadi saung bagi bidadari yang tersesat arah. Â Juga tempat membasuh sayap bagi malaikat yang lelah. Â Tempat-tempat mewah yang sekarang nyaris hanya menjadi kisah sejarah;
Mari kita pergi ke kuburan hutan. Â Di sebelah sana itu terbaring beberapa keluarga orang utan. Â Matinya seperti orang habis dilanun. Â Kehilangan dahan-dahan untuk berayun. Â Mereka bukan golongan pejalan kaki. Â Tentu sulit bila harus hidup menyendiri di tanah yang berapi.
Di sebelahnya adalah pekuburan gajah. Â Lihatlah tulang-tulang besarnya yang gagah. Â Tetap saja harus menyerah pada nasib yang digunting pada saat peresmian proyek raksasa. Â Tepat di jalur migrasi mereka. Â
Lalu ada satu dua makam terpencar. Â Itu adalah tempat harimau mencakar-cakar lapar. Â di perburuan terakhir. Â Ketika pada akhirnya mereka letih tergelincir. Karena babi dan rusa semuanya jauh terusir.
Sedangkan ini adalah pemakaman massal. Â Segala jenis pepohonan yang dulu ada di ensiklopedia. Â Sekarang justru ada dalam daftar toko-toko penyedia. Â Segala jenis perabot dan perlengkapan manusia.
Aku ingin mengajakmu menancapkan batu-batu nisan.  Kita goreskan nama yang singkat saja;  Di sini terbaring hutan dan anak-anaknya yang teraniaya. Setelah itu mari kita berdoa.  Semoga kita baik-baik saja.  Setelah apa yang kita perbuat kepada mereka.
Jakarta, 25 Juli 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H