Pada setiap titik hujan yang menjatuhi atap rumahmu, berjanjilah untuk menampungnya tanpa setetespun terbuang percuma menjadi genangan berdebu. Â Hujan itu mendatangimu bukan tanpa alasan. Â Tapi untuk menumbuhsuburkan setiap detik kenangan.
Pada setiap kemarau yang mengeringkan tumpukan daun-daun yang menyeraki halamanmu, berjanjilah untuk kau hiraukan seperti saat kekasihmu bertamu. Â Kemarau itu mengingatkanmu tentang beberapa perkara. Â Salah satunya adalah tentang rasa penasarannya pada perjamuan cinta. Â
Pada setiap sungai yang mengaliri sudut desamu. Â Beri jalan menuju pematang sawah yang telah kau buka menganga. Â Biarkan mencumbu setiap pokok padi. Â Sampai tiba saatnya diserahkan pada rengkuh hangat matahari.
Pada setiap lautan yang tergeletak di antara pulau-pulaumu. Â Layarkan segenap kapal kecil nelayan. Â Beri mereka kesempatan menebar jala dan mendirikan bagan. Â Di situlah sesungguhnya letak kecilnya kerinduan terhadap besarnya perjuangan.
Pada setiap mimpi yang menyinggahi tidurmu, siapkan satu bentangan kelambu. Â Jangan sampai mimpimu lepas liar tak terkendali. Â Kau memerlukannya untuk bersedekah pada pagi. Â Agar pagi tak perlu lagi memulung rongsokan sunyi.
Jakarta, 23 Juli 2018