Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tulang Belulang (Sungai Raksasa)

18 Juni 2018   22:16 Diperbarui: 18 Juni 2018   22:21 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

-----

Setelah setengah hari berjalan dengan kecepatan tinggi.  Sungai yang mereka telusuri menghilang!  Ben mencoba menyelidikinya.  Ternyata aliran sungai masuk ke dalam tanah.  Di kaki bukit cukup tinggi yang menghadang di hadapan mereka. 

Hampir semua menghela nafas panjang.  Rupanya perjuangan belum juga berakhir.  Bukit itu harus didaki.  Tidak terlalu tinggi.  Tapi setelahnya juga harus dituruni.  Rabat bilang aliran sungai itu akan keluar di kaki bukit sebelah sana.  Dan mereka sudah sangat kelelahan.  Hufffttt.

Di saat yang lain mengusulkan agar mereka beristirahat di situ, Ran bersikeras untuk melanjutkan perjalanan.  Dalam logikanya, sisi bukit sebelah sana akan jauh lebih aman karena tidak satu lansekap dengan ular raksasa tadi. 

Pendakian dimulai.  Bukit itu memang tidak terlalu tinggi, namun karena tenaga team ekspedisi itu sudah lebih dari separuhnya hilang, tentu saja pendakian ini membuat mereka sangat ngos-ngosan.  Perjalanan itu jauh lebih lambat dibanding puluhan kilometer yang telah mereka lewati.

"Duuuhhh....awas hati-hati!  Di sini banyak tanaman berduri!"  terdengar teriakan Cindy memperingatkan kawan-kawannya.  Setelah beberapa kali lengannya tertusuk duri-duri kecil itu.

Mendengar peringatan Cindy, yang lain memutuskan mengenakan baju pelindung lengan panjang.  Lelah lalu tertusuk duri.  Itu sama sekali bukan pilihan yang nyaman.   Sebuah keputusan yang tepat.  Karena tak lama kemudian kembali terdengar teriakan Cindy.  Kali ini bukan peringatan.  Tapi jatuh pingsan.

Ran yang berjalan paling belakang buru-buru ke depan memeriksa Cindy.  Tubuh dan muka wanita itu nampak membiru dengan cepat.  Tanpa buang waktu, Ran segera menyuntikkan serum anti bisa universal ke tubuh Cindy.  Serum anti bisa adalah satu perlengkapan medis standar yang wajib dibawa oleh team ekspedisi seperti mereka. 

Meskipun tidak memeriksa secara menyeluruh, Ran sudah tahu Cindy keracunan.  Ran yakin itu racun duri-duri kecil dari tanaman perdu yang memenuhi bukit itu.

-----

Mereka tidak mungkin berhenti di punggung bukit.  Selain tidak terdapat tempat yang ideal untuk berkemah, juga terlalu banyak tanaman perdu berduri yang ternyata beracun itu.  Perjalanan tetap dilanjutkan dengan Cindy ditandu oleh Ben dan Rabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun