Itu dia! Pintu tol 1 km lagi. Â Sin Liong melirik kaca spion. Â Tidak nampak lagi 2 mobil pengejar mereka. Â Tapi keluar tol sedang antri. Â Sin Liong memajukan kendaraannya perlahan-lahan dalam antrian waktu terdengar serentetan tembakan senapan. Â Otomatis keempatnya menundukkan tubuh dan kepala bersamaan dengan hantaman peluru yang memecahkan kaca mobil Sin Liong.Â
Di tengah hujan tembakan, sambil masih menunduk memperhatikan layar monitor, Sin Liong memutar kemudi dan menekan gas mengarah ke pintu tol yang sedang tidak aktif. Â Brakkkkk! Â Pintu tol hancur berantakan diterjang mobil tinggi dan kokoh yang sudah tidak berkaca samping kanan kiri lagi itu.
Sin Liong menegakkan tubuh. Â Mengambil jalur ke simpang kiri di perempatan berlampu merah. Â Tancap gas dalam-dalam. Â Dia tidak tahu darimana berondongan tembakan tadi berasal. Â Yang jelas bukan dari kendaraan pengejar. Â Pasti dari orang lain lagi yang telah dikontak untuk membantu. Â Gila! Â Musuh-musuh mereka punya jaringan kekuatan yang luar biasa.
Sampai di perempatan berikutnya, Sin Liong mengambil lagi jalur kiri. Â Dilihatnya ada sebuah mall besar. Â Buru-buru Sin Liong masuk dan mengarahkan mobilnya ke basement. Â Mengambil tempat parkir paling sudut yang teraman.Â
Dengan sedikit terengah-engah, Sin Liong mengamati dan menyelidiki keadaan sebelum akhirnya kembali dan memeriksa para penumpangnya. Â Citra bersandar di jok belakang. Â Raja di sebelahnya terlihat menatap Citra dengan khawatir sambil memegangi lengan Citra yang berlumuran darah. Â Sin Liong melihat Mang Candra terpaku diam di jok samping pengemudi.Â
Hati Sin Liong tercekat. Â Guru silatnya itu memejamkan mata sambil memegangi lehernya. Â Dari sela-sela jarinya mengalir darah segar. Â Mang Candra dan Citra terkena tembakan. Â Citra kelihatannya hanya terkena serempet peluru di lengan. Â Tapi Mang Candra?
-----
Bersambung....