Sin Liong melirik kaca spion. Â Dua mobil pick up itu melaju cepat mengejar mereka. Â Hmm, orang-orang yang gigih, pikir Sin Liong sambil terus menjejak gas. Â Meliuk-liuk di padatnya jalanan kota Surabaya. Â Pemuda ini masih terkagum-kagum dengan kemampuan Citra. Â Membuat peluru macet dan tidak bisa ditembakkan? Â Tiga pistol sekaligus? Ckckck....gadis ajaib!
Citra memandangi Raja di sampingnya. Â Banyak hal yang ingin ditanyakannya. Â Mulai bagaimana dia selamat dari penculikan. Â Selamat juga dari serangan ilmu magis orang suruhan Maja di kereta. Â Pasti ada satu hal yang tak diketahuinya. Â Raja adalah manusia jaman ini. Â Bukan titisan atau reinkarnasi siapapun. Â Manusia modern yang tidak percaya kekuatan mistis.
Tapi selamat dari penculikan dan kejaran Mada adalah hal yang menakjubkan. Â Barangkali itu keberuntungan. Â Tapi apakah selamat dari serangan mistis dahsyat seorang dukun hebat itu juga keberuntungan? Â Rasanya tidak. Â Pemuda ini pasti mendapatkan bantuan dari seseorang atau paling tidak sebuah kekuatan lain.
Citra menggelengkan kepala mengusir rasa ingin tahu yang membuncah begitu kuat. Â Tidak tega untuk mendesak Raja dengan pertanyaan yang mungkin malah tidak dimengertinya sama sekali. Â Citra kembali menggelengkan kepala. Â Tersenyum simpul melihat Raja tertidur nyenyak karena keletihan. Â Padahal mereka sedang kejar-kejaran dengan seru di jalanan yang sangat ramai. Â Citra mengalihkan pandangan ke depan.
Nampaknya Sin Liong mengarahkan mobil masuk tol. Â Menghindari pengejar di tengah jalanan kota yang sibuk sangat beresiko. Â Terutama bagi para pengguna jalan lainnya yang tak bersalah. Â Pilihan yang paling rasional adalah meninggalkan para pengejar dengan kecepatan tinggi. Â Dan itu bisa dicapai dengan memasuki jalan tol.
------
Mobil yang membawa Feng Siong dan Hoa Lie memasuki gerbang besar sebuah perumahan elit di bilangan Jakarta Selatan. Â Rumah sebesar istana dengan penjagaan ketat di depan. Â Para penjaga adalah tentara bersenjata. Â Pemilik rumah bukanlah orang kaya biasa tapi pastilah juga sangat berkuasa.Â
Feng Siong dan Hoa Lie turun dari mobil dan dipersilahkan masuk dalam rumah. Â Di dalam sudah menunggu beberapa orang pelayan yang segera membantu mereka melepaskan jaket dan jas, meletakkan tas, dan banyak hal lainnya yang merupakan pelayanan kelas bintang lima.Â
Setelah masing-masing menyegarkan diri di kamar yang telah disediakan, Feng Siong dan Hoa Lie duduk di sebuah ruang tamu mewah. Â Menunggu tuan rumah menemui mereka. Â Tuan rumah yang mengatur semua hal untuk mereka selama di Indonesia. Â Tuan rumah yang punya tangan kuat. Â Sampai-sampai visa masuk yang biasanya selesai dalam waktu seminggu cukup diselesaikan dalam satu hari.
------
Di sebuah restaurant di Den Haag, Belanda. Â Robert Van Der Meer memandangi jam tangannya sambil berdesah resah. Â Orang yang ditunggunya memang tidak pernah tepat waktu. Â Seharusnya pertemuan diadakan pukul 7 petang. Â Sekarang sudah hampir pukul 8. Â Bahkan kabar mengenai keterlambatan saja tidak muncul di selulernya. Â Payah!