Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Seseorang yang Menyenangi Kematian

18 Maret 2018   20:37 Diperbarui: 18 Maret 2018   21:00 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Begitu banyak tulisan berupa kisah drama bagaimana cara kematian itu datang.  Kelak dia akan membukukannya.  Siapa tahu dia bisa menjadi sangat terkenal sejajar dengan para maestro sastrawan.  Bukankah kematian adalah tema paling menawan selain kehidupan?

-----

Petugas itu membereskan berkas laporan hari ini.  Setelah ini dia akan menulis.  Ada drama satu lagi.  Inspirasi datang tadi pagi ketika sesosok jenazah diantarnya masuk ruangan.  Jenazah seorang guru mengaji.  Meninggalnya juga cukup ajaib kata keluarganya.  Saat sujud ketika sedang menunaikan ibadah sholat Jumat.

Ini akan melengkapi semua drama yang telah ditulisnya.  Kematian yang sempurna.

Setelah urusan laporan beres, petugas itu mengambil kertas dan mulai menulis.  Temanya adalah kematian sempurna yang diharapkan banyak orang.  Tapi entah mengapa.  Setelah dia baca lagi hasilnya sangat berbeda dengan tujuan semula.  Ini drama tentang seseorang yang begitu menyukai kematian.  Dibacanya ulang hasil tulisannya baru saja;

"ketika seseorang begitu menyukai kematian, maka sesungguhnya dia sangat tidak menyukai ketika kematian itu mendatanginya.  Karena itu adalah drama yang sama sekali belum sempat ditulisnya"

Petugas itu tercengang.  Bukankah belum pernah ada jenazah yang datang dan keluarganya bercerita bahwa si orang mati itu menyukai kematian?  Siapa orang yang menyukai kematian? Orang-orang selalu takut mati karena ketakutan terhadap hal buruk yang nanti akan menyambutnya di alam sana.

Petugas itu terbelalak dan menyadari ada sesuatu yang keliru!  Dia menuliskan drama kematian untuk dirinya sendiri!

Namun lalu dia tersenyum.  Untuk terakhir kalinya di kursi kaku yang di dudukinya.  Ketika serangan jantung itu mencabut usia senjanya.  Paling tidak dia sudah menulis drama kematian tentang dirinya.

Jakarta, 18 Maret 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun