"Ampuni aku Tuhan. Â Ijinkan aku memeluk ibuku supaya dia tahu aku tulus meminta maaf kepadanya. Â Berikan aku cahaya."
Nanda tidak lagi berlutut. Â Tapi bersujud.Â
Begitu kalimat terakhir meluncur dari bibirnya yang bergetar, lampu-lampu itu menyala terang. Â Seterang matahari. Â Mesin penghangat ruangan juga berderu lagi.
Nanda melompat ke arah ibunya yang terbaring lemah setelah kejang-kejangnya juga berhenti. Â Memegang tangannya yang keriput dengan lembut. Â Mencium keningnya yang memucat. Â Lalu membungkukkan tubuh memeluk ibunya hangat. Â Mendengar lirih kalimat terakhir dari ibunya.
"Terimakasih sudah datang anakku. Â Ibu memaafkanmu sedari dulu. Â Raihlah kembali cahaya di hatimu."
Nanda tersenyum. Â Mengangkat muka untuk menyaksikan tarikan nafas terakhir ibunya. Â Tepat di hadapannya.
-----
Bogor, 14 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H