Beberapa anak tertawa di lapangan bola yang tak lebih dari sepersepuluh ukuran sebenarnya. Â Menikmati peluh yang membanjiri muka. Â Bahagia yang mereka rasakan murah dan sederhana. Â Bermain bersama teman-teman sebaya dengan bola sepak seharga sepuluh ribuan. Â Bolanya benjol di sana sini tapi sungguh berarti.
Gawang dibuat dari tiang seadanya dari bambu yang ditancapkan. Â Bambu yang diperoleh pun berasal dari sisa-sisa potongan jembatan yang rubuh digerus banjir.
Lapangan itu persis berada di belakang sebuah mall megah dan besar di bilangan Jakarta Selatan. Â Sisa-sisa tanah berumput yang sanggup dipertahankan Pak Haji Dulah untuk tidak dijual ke developer. Â Keuntungannya, lapangan itu terlindungi dari sengatan matahari sepanjang waktu. Â Siang hari bolong saja banyak anak-anak yang meramaikan lapangan itu.
Sayangnya, rumput di lapangan yang dinamakan "lapangan untuk bahagia" itu susah sekali untuk tumbuh. Â Tidak heran, sinar matahari hanya mampu menjangkau ketika tepat di atas kepala. Â Cahaya pagi yang paling bagus untuk pertumbuhan tidak bisa menembus belantara beton dan kaca di sekitarnya. Â Alhasil, lapangan untuk bahagia lebih banyak botaknya daripada berumputnya.
Malam hari, lapangan untuk bahagia juga menjadi pusat keramaian kampung padat itu. Â Banyak muda-mudi, ibu-ibu dan bapak-bapak berkumpul di sana. Â Ada yang sekedar bercengkrama menghabiskan sepertiga awal malam. Â Ada yang berlatih musik. Â Hanya gitar dan ketipung sebenarnya, tapi bisa membuat ceria suasana.Â
Sebuah kampung yang berbahagia.
------
Pukul 20.00, Â lapangan itu lebih ramai dari biasanya. Â Bapak-bapak dan ibu-ibu berkumpul di pinggir lapangan. Â Muka-muka serius mereka menyiratkan bahwa malam ini jauh lebih serius dibanding biasanya. Â Mungkin ada berita tentang kiamat mendekat atau pilkada yang makin menghangat.
"Ini serius? Â Bukan hoax?" Wak Salman membuka percakapan.
"Iya Wak, A1. Â Sahih," Â ujar Bik Suli menanggapi. Â Sigap. Â Takut orang lain mendahului.
"Ck ck ck, terus bagaimana anak-anak kita bermain bola nanti?" sungut Mang Pian kesal.