Aku berjalan terburu buru
Otakku yang beku sedang bertalu talu
Ada kusut di kepalaku
Lelah hingga lutut datang memandu
Agar segera menemukan jalan rindu
Seperti menguak belukar berpagar akar bahar
Letih merintih rintih
Keringat mengalir cepat
Jantung bergulung gulung
Hati bertubi tubi mendaki
Sepenat apakah
Sebuah perjuangan agar tidak kalah
Melawan kekuatan jeritan malam
Sedangkan terang dari bulan temaram
Telah membantu melalui lengan lengannya yang mendekam
Aku ulangi lagi
Penat itu sebetulnya ilusi
Karena berjuang untuk cinta
Sama dengan mengedipkan bulu mata
Seringan terbangnya helai helai sayap angsa
Jakarta, 7 Agustus 2017
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!