Sebuah pinta
Mengalir dari tatap mata seekor primata
Tersudut di hutan meranggas
Di dahan kayu Ara
Kering dan hampir terbakar
;ini hutan kayu Ara terakhir. Â Selamatkan dari api. Â Nyawa kami bergantung di setiap butirnya.Â
Sebuah pinta
Melesatkan geram yang hampir punah
Dari seekor Harimau Sumatera
Di kubangan air dengan sisa beberapa tetes
Seekor rusa terbaring pasrah di depannya
Dengan perut kempis kehabisan daya
Semua rumput dan daun membelasah di tanah
Dilibas alat alat berat yang ganas
;kami lapar dan haus. Â Haruskah kami terkapar dengan nyawa putus?
Sebuah pinta
Datang bersama kabar dari lautan
Badai telah reda
Namun ledakan demi ledakan
Menyisakan besi dan bau sangit
Ikan besar terapung berlubang
Dan ikan kecil hangus seluruh tubuh
;nelayan tidak pernah mengancam kami. Â Tapi bom ikan akan memusnahkan kami!
Sebuah pinta
Dari orang orang terendam selokan
Kotor dan menggigil kelaparan
Kepada para pemimpin yang sedang berteriak tidak sopan
Bertengkar di ruang berpendingin
Demi mimpi dan pundi pundi golongan
;kami hampir mati! Lemparkan kami sebungkus nasi basi. Â Daripada kau teriakkan sesuatu yang basa basi.
Bogor, 6 Agustus 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H