Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seteguk Air Putih Hangat

5 Juli 2017   23:28 Diperbarui: 5 Juli 2017   23:31 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seteguk air putih hangat

Menjalari kerongkongan perlahan lahan

Ini serasa berenang di kolam Papandayan

Melebur sedikitnya pengap di ruang kerinduan

Air putih hangat semacam sesaji

Bagi hati yang tak mau berhenti bermimpi

Melarung sunyi di aliran sungai Cipamali

Tempat dulu kegaduhan mengisahkan Pakuan dan Majapahit berebut Tuan Puteri

Air putih hangat semakin menguatkan

Tentang semangat yang lupa padam

Bahwa dingin memang mudah terperangkap kesepian

Membeku di sela sela gigil yang terlalu dini dilahirkan

Minumlah pada ketika kau ingin katakan

Aku hendak taklukkan gunung anakan

Maka segenap syaraf kaki dan dadamu

Akan membawamu mendaki secepat gerakan nafasmu

Air putih hangat dengan do'a di ujung lidah

Melepaskan semua tuah

Tentang air yang diciptakan Tuhan

Adalah percik kehidupan yang tak boleh dipertaruhkan

Jakarta, 5 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun