Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jakarta Berwajah Dua

4 Juli 2017   08:28 Diperbarui: 4 Juli 2017   08:54 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hiruk pikuk Jakarta menyengat

Mengulari tubuhnya yang mulai disepuh liur dan keringat

Jakarta kembali tampak menggeliat

Setelah ditinggal pergi anak anaknya bertaklimat

Jakarta lebih mirip loyang kue berasa gula gula

Dengan lusinan getir dan pahit di kerak dan pinggirannya

Itu sisa sisa bagi orang sisa sisa

Yang terpelanting, terbuang, dan terkeranda

Terkadang orang orang muak terhadap Jakarta

Terkadang Jakarta muak terhadap orang orangnya

Suatu ketika orang orang menyumpahi Jakarta

Suatu ketika Jakarta memberi hukuman pada orang orang yang menyumpahinya

Jakarta ibarat sebuah kota berwajah dua

Separuh iblis saat menelan semua derita dengan suka cita

Separuh malaikat saat bertetesan airmata menyaksikan anak anaknya saling mencerca tiada guna

Jakarta adalah kota surga berpintu neraka

Jakarta, 4 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun