Ibu, aku merindukanmu seperti kejora di matamu sedang merindukan langit yang terang. Â Aku mengiris kenangan demi kenangan saat bersamamu membuat ketupat seminggu setelah lebaran. Â Kau mentertawakan aku karena tidak pernah sekalipun berhasil menjadikan dua janur menjadi satu ikatan. Kau mengelus rambutku dan berkata,
Lihatlah nak, tidak cukup hanya kepintaran untuk menjadikan sesuatu. Â Namun juga latihan dan ketekunan.
Aku tersedak. Â Kau benar ibu, kembali kau meneteskan petuah bergaram bagiku dalam menjalani kehidupan.Â
Ibu, irisan kenangan ini berhasil aku satukan. Â Menjadi sepenggal kisah cinta yang tak pernah sirna. Â Menyimpannya kembali bersama titik titik rinduku yang berhamburan.Â
Ibu, lebaran kali ini aku tidak pulang. Â Bukan karena kehabisan tiket atau tidak mendapatkan liburan. Â Aku tidak pulang karena kau telah berpulang. Â Aku ingin mengunjungi pusaramu setelah ini ibu. Â Menceritakan kepadamu lewat do'a bagaimana lebaran di kota yang lengang.
Bogor, 23 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H