Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Ode untuk Ibu

23 Juni 2017   22:10 Diperbarui: 23 Juni 2017   22:13 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu, aku merindukanmu seperti kejora di matamu sedang merindukan langit yang terang.  Aku mengiris kenangan demi kenangan saat bersamamu membuat ketupat seminggu setelah lebaran.  Kau mentertawakan aku karena tidak pernah sekalipun berhasil menjadikan dua janur menjadi satu ikatan. Kau mengelus rambutku dan berkata,

Lihatlah nak, tidak cukup hanya kepintaran untuk menjadikan sesuatu.  Namun juga latihan dan ketekunan.

Aku tersedak.  Kau benar ibu, kembali kau meneteskan petuah bergaram bagiku dalam menjalani kehidupan. 

Ibu, irisan kenangan ini berhasil aku satukan.  Menjadi sepenggal kisah cinta yang tak pernah sirna.  Menyimpannya kembali bersama titik titik rinduku yang berhamburan. 

Ibu, lebaran kali ini aku tidak pulang.  Bukan karena kehabisan tiket atau tidak mendapatkan liburan.  Aku tidak pulang karena kau telah berpulang.  Aku ingin mengunjungi pusaramu setelah ini ibu.  Menceritakan kepadamu lewat do'a bagaimana lebaran di kota yang lengang.

Bogor, 23 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun