Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Catatan Sepanjang Jalan Sepanjak

8 Juni 2017   15:22 Diperbarui: 8 Juni 2017   15:23 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Banyak kaki berlarian

Dikejar kemarau

Banyak langkah berjatuhan

Tersandung tangga-tangga kota

Dan angin menggigil, mengeluh, berpencaran

Begitu dinding laut dipaku ke dinding

Begitu atap langit dijahit bertambal-tambalan

Sedang bumi makin mengeluh kepanasan

Karena banyak kaki menapak tanpa alas kaki

Banyak alas kaki yang terbuat dari besi

Besi-besi mati dan jiwa-jiwa mati

Bahkan jauh lebih panas dari terik yang paling bolong

Dan angin menari-nari, merintih, meminta mati

Karena rongga dada yang dihuni mulai berbatuk dahak polusi

Deru industri, asap hitam membubung menaiki jalan setapak

Mencabik pinggang bukit, lengan-lengan pepohonan

Hingga alam terisak-isak menyanyikan balada

Lalu kemarau berlarian

Tangga-tangga kota berjatuhan

Jalan setapak tak lagi panjang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun