Sekarang aku sedang terperangkap dalam kotak kotak sabun dingin. Â Di belantara batu batu. Â Menatap kabut melayang begitu rendah. Â Di antara kacaunya barisan gedung gedung tinggi Jakarta. Â Menunggu barangkali ada sebuah kejutan datang dari langit yang begitu kusam. Â Tentu saja bukan burung burung berjatuhan dengan sayap menghitam. Â Bukan pula butiran butiran hujan yang melesat bagai peluru dengan rasa asam.Â
Panas neng. Â Begitu menghentak hampir separuh Ramadan. Â Membuangi nanah berceceran dari luka luka negeri ini yang makin menjadi. Â Kita butuh jenderal berpangkat di dada, bukan di pundak. Â Untuk hentikan lintang pukang yang membuat rakyat negeri ini centang perenang. Â Aku bukan penggemar politik neng. Â Bukan pula penyuka petaka intrik. Â Tapi aku bagian dari rakyat yang berenang di kekeruhan ini. Â Sehingga adalah bagianku untuk selalu peduli.
Nah ini dia neng. Â Adzan Magrib tak lama lagi berkumandang. Â Muka Jakarta redup namun tak jadi berairmata. Â Mudah mudahan segelas air bisa mendinginkan. Â Hati panas bangsa ini yang terbelah belah dalam penggorengan.
Jakarta, 5 Juni 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI