Sang kakek juga selalu berpesan. Â Dalam nada seruling yang diajarkan kepada cucunya, ada berbagai nada yang bisa membuat kerinduannya pada sang ayah dan sang ibu bisa tersampaikan.Â
Nada keras dan menghentak hentak adalah bentuk kerinduan pada sang ayah yang menjadi korban kebrutalan tidak pada tempatnya. Â Nada lembut menyayat hati adalah wujud kerinduannya pada sang ibu yang berpulang dalam baktinya.
Genta juga meyakini satu hal yang tidak diajarkan oleh kakeknya. Â Ketika serulingnya merindukan sang ayah, kamboja akan berbunga keesokan harinya. Â Saat serulingnya menyanyikan kerinduan pada sang ibu, melati akan berbunga secepat cepatnya.
Beberapa malam ini Genta bergantian menyanyikan kerinduan untuk ayah dan ibunya dengan serulingnya. Â Gadis kecil ini berada pada puncak kerinduan karena lebaran tak lama lagi tiba. Â Selalu begitu. Â Kerinduan seorang anak yang ingin mencium kedua tangan ayah ibunya saat selesai pulang sholat Ied.
------
Sang kakek menyelesaikan semua cerita dan ditutup suara seruling menyayat hati dari Genta. Â Gadis kecil itu sudah berada di pembaringan. Â Nada serulingnya seolah olah mengundang sang ibu datang dan memeluknya sampai dia tertidur.
Sang kakek mengusap kedua matanya yang basah. Â Diikuti oleh Antien dan Dita. Â Selanjutnya Wira dan Uda.Â
Keempatnya lalu berpamitan dengan masing masing menitipkan hati untuk Genta. Â Keluar rumah disambut oleh bermekarannya kamboja dan semerbak wangi melati.Â
Sembari melangkah kembali ke villa, keempatnya berjalan tanpa berkata kata. Â Sepakat bahwa tidak sia sia mereka melakukan perjalanan ini. Â Majalah kampus mereka mendapatkan inspirasi dari surga.
------
Bogor, 2 Juni 2017