Wanti mengerok Panto dengan hati hati. Menggerakkan uang gobang ke kanan kiri kulit punggung Panto. Panto menggelinjang geli. Dia belum pernah dikerok sebelumnya. Lagipula ini semua adalah sandiwaranya. Dia sengaja meminta dikerok agar Wanti menyentuh tubuhnya. Dia akan menyergap gadis itu saat lengah. Dia akan merayunya terlebih dahulu, jika gadis ini tidak mau, dia akan memaksanya. Sementara ini dia akan menikmati sentuhan tangan dan jari gadis manis itu di punggungnya.
Tangan itu begitu hangat terasa di punggungnya. Sentuhan sentuhan kecil jari Wanti membuat Panto semakin “kepanasan”. Gadis ini tidak pandai mengerok sepertinya. Lama kelamaan kerokannya makin sakit. Kulit punggungnya terasa perih. Malah Panto merasa ada cairan hangat mengalir di punggungnya.
Panto berteriak meminta Wanti berhenti mengerok. Punggungnya sakit sekali. Perih, pedih dan rasanya terkelupas hebat. Wanti seperti tidak mendengarnya. Gadis itu terus saja mengerok punggung Panto. Panto sekarang menjerit jerit kesakitan. Sakitnya sangat luar biasa! Kulit punggungnya seperti dikuliti pelan pelan.
Panto memaksakan tubuhnya yang menggigil menahan sakit membalik. Mata pemuda begajulan itu hampir keluar dari rongganya. Yang mengeroknya ini sepertinya bukan Wanti! Wanti sendiri dilihatnya meringkuk ketakutan di bawah pohon sambil gemetaran.
Panto tidak bisa menyaksikan wajah orang ini. Atau wanita ini. Wajahnya tertutupi oleh rambut panjang terurai. Mirip rambut Wanti. Wangi. Namun wanginya sangat aneh. Panto tidak lagi mau berpikir panjang. Wajah itu pasti wajah kuntilanak. Pasti mengerikan! Hiiiii....
Panto bergidik ketakutan. Dilihatnya Wanti sudah berdiri dari bawah pohon dan berlari mendatanginya lalu menarik tangannya dan cepat cepat meninggalkan tempat itu. Panto tentu saja tidak keberatan sama sekali. Keduanya berlari tersaruk saruk meninggalkan tempat yang mengerikan itu.
Panto tidak sadar sama sekali Wanti menggandeng tangannya memasuki telaga. Terus menggandengnya hingga akhirnya mereka berdua tenggelam ke dasar telaga yang dalam.
Dari jauh, di atas tikar, Wanti melihat semua ini dengan terbengong bengong. Uang gobang bekas mengerok masih di tangannya...
Medan, 24 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H