Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Lahir Batin Prolet; Para Pemburu Rindu

22 Mei 2017   16:32 Diperbarui: 22 Mei 2017   17:00 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya berbicara atas nama bendera kita.  Sekarang Sang Saka hanya menjadi simbol kelengkapan upacara.  Banyak orang tidak tahu merahnya itu sebenarnya apa dan putihnya untuk siapa.  Saya berbicara atas nama lagu kebangsaan kita.  Dulu lagu itu membuat tegaknya airmata, membuat banjir darah seperti bukan apa apa, membangkitkan semangat luar biasa.  Sekarang lagu itu sebatas cinderamata bagi seremoni seremoni belaka.... 

Saya Mbah Diro.  Saya dulu masih muda dan rela mati bagi berdirinya negara ini.   Sekarang saya sudah renta dan mendekati mati, tapi tetap rela mati bagi negara ini....saya bahkan merindukan mati bagi tetap tegaknya negara ini...”

Prolet mengusap dua titik kecil airmata yang melompat dari sudut matanya.  Inilah rupanya pemburu rindu ketiga hari ini.

Medan, 22 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun