Salim dan keluarganya menjamu Wanda. Makan malam yang lezat itu diisi dengan perbicangan yang juga lezat. Wanda betul betul pintar mengambil hati keluarga Salim. Suara ketawa tidak henti henti bergaung di ruang makan mewah itu. Salim lega. ikut bahagia ketika berkali kali melihat Wanda tersenyum bahagia.
Makan malam ditutup dengan menonton bersama di bioskop mini ruang keluarga. Semua sepakat menonton sebuah film thriller yang sedang hit, Revenge on Saturday Night.
Semuanya terhanyut menonton film yang menegangkan itu. Wanda membuka bingkisan yang dibawanya. Semua menikmati suasana dan berterimakasih kepada Wanda atas coklat yang begitu lumer dari Belgia. Wanda tersenyum bahagia. Salim ikut tersenyum bahagia melihat Wanda begitu segarnya menemukan rasa bahagia.
----
Setengah jam kemudian. Chandra, Amara, Salim dan adik adiknya mulai merosot dari kursinya dengan mata membeliak. Dari sudut sudut mulut mereka keluar busa putih. Tubuh mereka kejang kejang seperti terkena aliran listrik ribuan volt. Di tangan mereka masih memegang coklat dari Belgia yang kedua. Berisi sianida.
Wanda tersenyum sangat bahagia. Membuka tas. Mengeluarkan sebuah buku diary berwarna biru. Berdiri dan membaca. Matanya berbinar binar luar biasa bahagia.
“.....Ibu tidak tahu apa yang harus ibu lakukan lagi Wanda. Ibu kasihan melihat ayahmu menjadi demikian frustasi, bahkan masuk penjara. Menjalani hidup bersama kita setelah tahu apa yang terjadi. Ibu juga tidak tahan hidup terus menerus dalam bayang bayang pemerkosa ibu melalui kedua matamu yang sama dengannya. Seorang kolega bisnis yang gelap mata setelah batal mendapatkan proyek dari kakekmu. Mejadikan ibu korban dari balas dendamnya....namanya Chandra”
----
Jakarta, 21 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H