Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri di Udara

18 Mei 2017   15:21 Diperbarui: 18 Mei 2017   15:30 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semakin penasaran.  Anita bangun dari tempat duduknya lalu berjalan ke depan.  Ruang kelas ekonomi yang ini juga padat oleh penumpang!  Hati Anita semakin berdebar debar.  Dia melanjutkan langkahnya.  Berniat mengintip ruang kelas bisnis di depan.

Sambil berpura pura hendak masuk ke dalam toilet,  Anita menyingkap sedikit korden pemisah kelas penumpang.  Deg! Jantung Anita semakin bergeser menjauh.  Full! Seingatnya, penumpang yang berbarengan dari Jakarta hanya satu dua yang duduk di kelas bisnis. Keringat mulai berjatuhan di kening Anita.

----

Setelah kembali duduk, Anita sengaja memangku Dewi agar bisa berbisik di telinga Burhan yang sedang tertidur nyenyak.

“Mas...mas...bangun!  sssttt...ada yang aneh dengan pesawat ini...”  Burhan hanya menggeser posisi tubuhnya.  Lanjut tidur.  Anita menggerutu kesal.  Suaminya memang kalau sudah tidur seperti orang pingsan.  Duuuhh.  Anita merinding.  Kepada siapa dia harus menceritakan keanehan ini.

Ah dia ingat tadi di ruang tunggu sempat berbincang bincang dengan ibu setengah baya yang didampingi anak gadisnya hendak berobat ke Paris.  Anita mencoba peruntungan dengan kembali berdiri memperhatikan penumpang satu persatu.  Mudah mudahan si ibu ada di ruang ini.

Matanya yang berpindah dari satu penumpang ke penumpang lainnya berhasil mengenali penumpang yang sama sama berangkat dari Jakarta.  Semuanya tertidur pulas.  Namun banyak sekali yang masih terbuka matanya.  Wajah wajah baru yang dia tidak yakin berangkat dari Jakarta.  Anita bukan wanita cengeng penakut.  Meski sambil berdebar debar, dia memperhatikan wajah wajah baru itu. 

Mereka memang tidak tidur.  Ekspresi muka muka itu sangat dingin dan kaku.  Menghadap ke layar monitor kecil di depan kursi masing masing.  Sama sekali tanpa berkedip!  Mendadak Anita membuang mukanya dengan serta merta.  Wajah wajah itu serentak melihat ke arahnya.  Berbarengan. Dengan muka muka dingin dan kaku. Ya Tuhan!

----

Anita tidak berani lagi melanjutkan penyelidikan atas rasa penasarannya.  Ini melebihi ambang keberaniannya.  Mereka tidak bisa lari kemana mana.  Ini sedang di udara! 

Pramugari!  Ah ya pramugari! Pasti mereka terjaga.  Lagipula mungkin saja dia sedang bermimpi buruk.  Lebih bagus jika dia bisa bercakap cakap dengan seseorang sambil menunggu mimpinya terbangun.  Pramugari adalah orang yang tepat.  Tidak mungkin mereka tertidur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun