Ada satu surat lagi. Â Itu nanti. Â Di tempat kosnya sebelum tidur. Â Prolet berpikir akan menjawab sekaligus semua surat itu setelah menyelesaikan dan mencerna surat ketiga. Â Apa ya yang harus dikatakannya untuk memompa semangat ibu guru yang satu ini?
----
Surat ke 3-minggu keempat Januari 2017;
Dear Prolet,
Aku sebenarnya ingin menulis surat setiap minggu untukmu. Menuliskan ini seperti membuka gerbang dunia luar bagiku. Â Tapi rasanya suratku kelewat satu minggu.
Aku sedang bersedih sekaligus berbangga Prolet. Â Ingat Jamila? Dia menjadi wakil sekolahku dalam olimpiade matematika se kecamatan. Â Dia menang. Â Aku bangga sekali Prolet. Â Aku menangis lagi. Â Kali ini bukan seperti kehilangan celana. Â Tapi seperti kehilangan kacamata. Â Hahaha. Â Maaf aku sepertinya agak garing kalau bercanda ya?
Aku lebih bangga lagi Prolet. Â Jamila menjadi wakil kecamatan untuk ikut lomba yang sama di tingkat kabupaten. Â Tapi di sinilah aku mulai bersedih. Â Kota kabupaten jauh sekali dari sini. Menginapnya nanti juga bagaimana di sana? Dana sekolah yang ada sangat terbatas. Â Gajiku ada. Â Aku sudah alokasikan untuk ini juga. Tapi aku hitung hitung tetap tidak cukup.Â
Tapi aku yakin pasti banyak jalan menuju kota, bukan roma. Â Itu terlalu jauh Prolet. Â Hehehe...garing lagi yah?
Oh iya. Â Belum berapa lama aku ditawarkan oleh kenalan ibuku untuk pindah dan mengajar ke sebuah sekolah di kota. Â Aku menolaknya Prolet. Â Bukan karena aku tidak butuh uang, karena gaji yang ditawarkan berlipat daripada di sini. Â Bukan karena aku tidak butuh keramaian, karena aku kadang kadang juga ingin makan makaroni panggang. Â Tapi karena sekolah ini, punggung bukit ini, Jamila dan kepintarannya, sang nenek dengan cita cita untuk cucunya. Â Membuatku jatuh cinta.
Aku akan menghabiskan waktu di sini Prolet. Â Aku disadarkan oleh kenyataan. Â Bahwa sebuah pengabdian itu bukan mainan. Â Bahwa pengabdian itu ternyata lengan kiri dari kehidupan. Sedangkan lengan kanannya adalah perjuangan.
Sudah dulu ya Prolet. Â Kau tidak perlu membalas suratku. Â Cukup bagiku jika kau baca suratku. Â Lalu kau tulis catatan di buku kecilmu.