Suara cicak yang sedang saling pagut di dinding rumah tahanan itu membuat Prolet terbangun. Sesungguhnya dia tidak bisa tidur. Hanya matanya saja yang terpejam. Pikirannya mengembara ke tempat tempat tandus tak bertuan. Mengukur setiap bulu di tubuhnya sebagai liku liku perjalan nasib.
Prolet meraih buku catatan kecilnya. Menuliskan sesuatu; Tuhan aku yakin ini cobaan. Jikapun bukan, bantulah aku untuk mencobanya...
Kejadian sebulan lalu saat dirinya ditahan karena dituduh sebagai kurir dalam salah satu kasus terbesar negeri ini, membuatnya ditahan sambil menunggu pengadilan berlangsung. Mega korupsi E-KTP, begitu kata media media ternama. Melibatkan orang orang penting, bos bos penting, wakil wakil penting, dan uang yang tidak sanggup dihitung oleh mesin kalkulator sekalipun. Terlalu banyak nol-nya!
Tapi Prolet menyebutnya sebagai mega sial. Berulangkali dia menjelaskan kepada puluhan para penyidik yang bergilir menanyai bahwa dia hanya mengantar amplop surat saja. Tidak tahu sedikitpun tetek bengek lainnya. Tapi rupanya para penyidik menganggap Prolet sedang menyembunyikan sesuatu.
Tampang Prolet yang tidak jelek jelek amat, agak mirip dengan bintang film terkenal dari India, gaya bicaranya yang santun, gerak tubuhnya yang sopan, justru membuat para penyidik meyakini bahwa Prolet adalah seorang aktor inteletual yang sedang berkamuflase hebat.
“Anda salah satu orang yang lepas dari mata penyelidik kami...”
“Jangan mengelak, anda pasti merencanakan semua ini dengan sempurna di suatu tempat yang tersembunyi...”
“Dugaan saya, anda adalah aktor intelektual utama yang betul betul tidak kami duga sama sekali...”
Kicau dan sergah para penyelidik itu membuat Prolet hanya melongo dan terdiam. Cool! Begitu bisik salah satu penyelidik kepada rekannya, saat melihat Prolet manyun sambil bersedekap.
----
Prolet sangat mengharapkan Bos Besar datang menjenguknya. Memberikan kesaksian bahwa dia sama sekali tidak terlibat. Prolet sama sekali tidak tahu bahwa Bos Besar sedang terbaring sakit di rumah sakit negara tetangga. Ditunggui oleh Tuan Puteri. Orang yang juga diharapkan Prolet datang menjenguk dan membawakan setangkup roti dan seikat senyum manis seperti biasa.