Prolet terhenyak kaget. Â Dia hanya mendengar kata terakhir dan suara palu diketok. Â Untuk memastikan, dia melihat ke sekeliling. Â Semua orang bertepuk tangan. Â Riuh. Â Gemuruh.
Prolet yakin sekarang. Â Dia langsung jatuh berlutut. Â Bersimpuh luruh. Â Keadilan didapatkan sesuai doanya tadi malam kepada Yang Maha Adil! Â Subhanallah!
Sambil menyalami semua yang hadir, Prolet berkaca kaca matanya. Â Pengadilan belum bubar di negeri yang dicintainya ini. Â Setiap saat, Tuhan bisa dengan mudah merubah ketajaman mata pisau keadilan sangat tumpul ke bawah, luar biasa tajam mengerikan ke atas. Â Lewat orang orang berbaju hitam namun hatinya putih, bertoga hitam namun akhlaknya bersih, yang mewakili Tuhan, duduk paling tinggi dan paling depan di ruang pengadilan.
Jakarta, 6 Mei 2017