Mohon tunggu...
milma yasmi
milma yasmi Mohon Tunggu... Guru - Belajar menjadi penulis agar dapat menjadi penulis hebat

Kelahiran Kaur tinggal di Seluma Provinsi Bengkulu. Seorang guru matematika, blogger dan guru penggerak angkatan 4

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksistensi Majalah Sekolah pada Zaman Now

3 Februari 2023   03:10 Diperbarui: 3 Februari 2023   03:14 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KBMN 28

Bismillahirahmaanirohiim....

Menulis bia dimulai dengan keroyokan? di sekolah? mengajak Siswa? bisakah melejitkan potensi menulismu? Pertemuan kali ini saya beri judul Eksistensi Majalah Sekolah Pada Zaman Now.

untuk menjawab pertanyaan ini, mari simak kegiatan kami di KBMN gelombang 28 resume yang ke-11 dengan tema "Mengelola Majalah Sekolah". Setiap acara akan dilayani dengan moderator yang keren dan berpengalaman dalam dunia tulis-menulis, Ibu Mutmainah, M. Pd. Mari kita beri salam hangat bagi narasumber hebat malam ini yang dikenal dengan panggilan Bu Widya, Pemilik nama lengkap Widya Setianingsih, S. Ag.

Manusia diciptakan dengan potensi yang berbeda, saya sendiri memulai mencoba menulis setiap hari dari apa yang saya alami. Hal ini didapatkan dari dorongan lingkungan yang diciptakan teman-teman online, tak terkecuali KBMN PGRI. Pengalaman ini yang selalu dipetik dari cerita moderator maupun narasumber yang telah lalu. Kegiatan ke-11 inipun, tak luput dari grup yang bergerak satu frekuensi menggulirkan semangat untuk berliterasi.  Lalu apa kabar dengan majalah sekolah pada zaman now?

Menulis mulai dari yang mudah dan bisa dilakukan, supaya writer block tidak mudah menyerang kita. Kegiatan sehari-hari saya ada di sekolah, lalu mading sekolah ada disiapkan setiap pojok kelas atau secara umum ada di koridor sekolah. Pesan yang dapat disampaikan dengan murid dapat dilakukan dengan ini. Karena Mading sekolah bisa menyatu dengan mata pelajaran di sekolah maka ini tentu lebih mudah dilakukan ketimbang membuat majalah sekolah.  

Kedua hal tersebut, baik majalah sekolah maupun mading sekolah berfungsi sama, yaitu sebagai media komunikasi, alat promosi, penyampai pesan orang tua/guru/seluruh warga sekolah, maupun masyarakat kepada generasi penerus bangsa yang setiap hari sangat cepat dan kebanjiran informasi dari manapun.

Bu Widya berhasil melakukan kegiatan literasi, bukan hanya sekedar mading tetapi sudah berbentuk majalah di sekolahnya. Rintisan beliau ini bersama rekanya melahirkan "Majalah Kharisma" di sekolahnya. Tentulah yang namanya rintisan membutuhkan pengorbanan, biasanya yang paling berkorban si pembuat ide ya... Benar saja Bu Wid yang memeiliki ide, merangkap sebagai pimpinan redaksi, layout, motivator, bahkan bendahara. Ini beliau jalani selama dua tahun. 

Model atau wajah majalahnya masih sederhana, memproduksi dengan menggunakan jasa fotocopi, menggunting dan menenmpel foto pada majalah yang seukuran folio. Ini berawal dari kekuatan niat untuk terus bergerak, berbagi informasi, berita, maupun cerita tentang murid di sekolah.

Jatuh bangun dalam memegang tampuk pimpinan redaksi akhirnya harus beliau alami. Proses tentulah yang terpenting, usaha dahulu soal hasil serahkan pada alam. Beliau bercerita bahwa produksi majalah harus dihentikan karena terkendala dana.  

Apakah beliau menyerah? Hidup itu penuh perjuangan dan harus menemukan jalan keluar karena Allah jamin akan ada solusinya. Beliau berhasil mengajukan proposal ke sekolah, ia dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) berperan di sini. Emang begitu kan ya? kegunaan dana Bos untuk meningkatkan prestasi siswa bukan hanya lomba-lomba bergengsi. Bukankah menumbuhkan bibit penulis muda berawal dari mading sekolah atau majalah sekolah. Namun jika mudah menyerah tentu ini tidak akan terjadi, intinya mau berusaha dan berkomunikasi. 

Tim yang hebat, tidak banyak hanya berempat tim yang dimiliki ranger Widya ini. Setelah berpengalaman, akhirnya tampilan wajah majalah sekolah menjadi lebih mantap dan keren. Mneurut Bu Widya selain wajah juga muatan isi dari majalah tersebut semakin keren. Kerja keras yang luar biasa dari tim ini masih berjalan dan sukses hingga sekarang, nama majalah ini terus berdengung di seantereo sekolahnya. 

Pemikiran tentang bagaimana mampu menarik minat baca murid, dimuatlah cerita bergambar seperti cerita Kaka dan Risma yang dirajut oleh Ibu Khadijah, salah satu guru Madrasah Ibtidaiyah. Selain itu, ada cerpen, puisi,  kolom artikel,  yag tersaji dalam dua bahasa, keren kan ya?  eeits belum berhenti disini, bahkan ada kuis menarik TTS , tebak gambar, yang berhadiah serta lainnya. Inilah yang harus dilakukan tim apabila ingin melihat eksistensi majalah sekolah atau mading di zaman now. 

Lalu bagaimana dengan Anda? kami diminta membayangkan lahirnya majalah di sekolah kami. Tips yang beliau lakukan yaitu dengan mengajak peserta untuk menulis artikel di blog masing-masing selama 15 menit. Namanya rombongan penakhluk tak akan menyerah, namun aku yang tidak bisa mengikuti karena sesuatu hal harus rela melewatkannya. PAdahal mudah tantanganya, buatlah artikel yang berbicara tentang seputar sekolah dan kegiatan kita dengan bahasa menarik, ringan, informatif, sertan komunikatif. Sesi yang menegangkan namun penuh tantangan ini dapat aku rasakan ketika melihat bermunculan tulisan teman-teman di KBMN 28, luar biasa.

Selanjutnya Bu Widya menuturkan tips menerbitkan sebuah masjalah. Ini dimaksudkan agar kami dapat terinspirasi dari hasil yang telah beiau capai. Tipsnya yaitu: 1) cari teman yang satu frekuensi, satukan ide dan gagasan, kemudian lanjutkan memebentuk susunan pengurus atau tim redaksi. 2) Komunikasikan ke pihak pengelola sekolah, kepala sekolah dengan menyusun proposal yang memuat apa saja yang dibutuhkan. 

3) Merancang majalah, detail tentang namanya, isinya, wajah covernya, dana yang dibutuhkan, dan sebagainya. 4) Cari dukungan untuk sponsor maupun percetakkan. 5) komunikasikanlah dengan orang tua atau wali murid tentang tujuan dari majalah yang akan dibuat. 

Demikianlah bekal yang dapat kami peroleh dari kegiatan ke-11 ini yaitu menjaga eksistensi majalah di sekolah pada zaman now ternyata bisa dilakukan. Mantra yang kesebelas ini sangat keren, yang intinya kemauan keras dari kita untuk mewujudkan impian menulis dari lingkungan sekitar dan menyasar murid di sekolah kita. Satu lagi yang penting jalinan komunikasi yang baik akan menambah tumbuh suburnya majalah yang kita kelola di sekolah. 

Bahkan jika memeng menemui jalan buntu, cukuplah kita mulai dahulu dari menerbitkan mading secara rutin di mading sekolah atau kelas masing-masing yang terintegrasi mata pelajaran. Inilah yang disebtu dengan tak ada akar rotanpun jadi. 

Lalu bagaimana dengan anda? bisa? Bismillahi....mari kita mulai lakukan dari yang mudah kemudian lihatlah apa yang terjadi.......

Cukup sampai di sini kisah kita tentang ini, semoga kita semua dapat menjadi penulis yang menginspirasi seperti narasumber malam ini. Sampai jumpa lagi.....terima kasih untuk semuanya, Omjay, Bu Widya, Bu Muth, dan tim solid lainnya ats kesempatan yang diberikan kepada kami. Salam literasi....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun