Mohon tunggu...
milma yasmi
milma yasmi Mohon Tunggu... Guru - Belajar menjadi penulis agar dapat menjadi penulis hebat

Kelahiran Kaur tinggal di Seluma Provinsi Bengkulu. Seorang guru matematika, blogger dan guru penggerak angkatan 4

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sudut Elevasi Senyuman Wati

2 November 2022   22:18 Diperbarui: 2 November 2022   22:25 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tertawa lepas membuat kami semakin kuat imunitasnya.....

Ahai....ada saja masalah dunia ini..ia dunia yang aneh. Kadang dipandang enak dan tenang, adapula memandang orang lebih sempurna dari kita, sehingga menyeret hati kurang bersyukur. Ah....dunia memang tak pernah habis-habisnya untuk dibahas. Singkat kata, apa yang ada pada kita sudah sesuai takaran dan timbangan...karena Allahpun menyatakan demikian. Begitu juga cobaan, tidak mungkin melebihi kemampuan hamba-Nya.

Wati termasuk yang diuji dibagian rumah tangga yang harus berulang-ulang menikah, hingga kini memilih sendiri membesarkan anak semata wayangnya, setelah lebih dari tiga kali gagal mempertahankan bahtera rumah tangga.

"Mengapa Wati tidak menikah saja?" Kembali timah panas meluncur dari suara hatiku seolah lepas tak terkendali...

Ia tertawa saja, seraya berucap "Lebih baik sendiri dan tidak menikah" ujarnya santai sambil meletakkan hape di atas tas hermeZnya yang bewarna gelap.

"Hemm....begitu kecewanya dikau sampai memutuskan demikian. Bukankah enak kalau ada suami." Aku menimpali

"Pengalamanku telah mengajariku hingga khatam tentang ini. Jadi jika ada yang minat menyayangiku cukup dijadikan pacar sajalah..." Jawabnya

"Ahai....mengapa begitu?" Aku kembali menggodanya.

"Ia..iyalah...coba yuk....kalau masih pacaran, yang belikan ini boleh? Jawabnya boleh, yang mau perawatan, mana noreknya kiriim, yang ....aku mau ini dan itu, responnya cepat sekali dan dipenuhi...tapi coba kaalau sudah menikah...180 derajat berubah..." Tuturnya sambil menghela nafas lumayan berat...aku menduga memorinya menyeruak hingga keluar melukiskan perasaan kecewanya.

Hemmm....aku manggut-manggut tak bisa berkata apa. Emang sering terjadi dan ditemui di masyarakat. Untungnya kalau aku bisa mandiri, apa-apa semaunya sendiri,......memang ya kita semua berbeda......bahasa kasih ....sudut pandang,...prinsip hidup, dan sebagainya....jangan lupa bahagia ya gaes....TAMAT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun