Mohon tunggu...
Jana Milia
Jana Milia Mohon Tunggu... Human Resources - Magister of Defense Diplomacy - Indonesia Defense University

Science Writer

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Early Warning System Potensi Ancaman Laut China Selatan Melalui Pemberdayaan Nelayan dan Masyarakat Pesisir

31 Mei 2024   04:29 Diperbarui: 31 Mei 2024   04:47 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Photo by Olga Kononenko on Unsplash 

 

Gambar 1. Konflik Kawasan Laut China Selatan

Sumber: BBC News, 7 July 2023.  What is the South China Sea dispute?, Diakses pada 24 Mei 2024 Pada 3:37 PM
Sumber: BBC News, 7 July 2023.  What is the South China Sea dispute?, Diakses pada 24 Mei 2024 Pada 3:37 PM

 

Indonesia tidak memiliki konflik langsung dengan negara-negara  kawasan terutama ASEAN yang berhubungan dengan Kepulauan Spartly dan Paracel, akan tetapi dari klaim yang diberikan China juga mencakup wilayah laut Indonesia yang berbatas dengan perairan Kepulauan Natuna. Lebih lanjut  konflik di Kawasan Laut China Selatan dapat dikatakan berpotensi berkembang menjadi konflik militer dimasa mendatang mengingat masing-masing negara saat ini telah merespon satu sama lain untuk menjaga wilayah perairan. Disamping itu juga terdapat kepentingan negara-negara besar lainnya seperti Jepang, Amerika Serikat dan Rusia.

Secara keseluruhan, konflik di Laut China Selatan sangat serius karena melibatkan klaim teritorial yang tumpang tindih, kepentingan ekonomi dan strategis yang besar, serta potensi untuk memicu konflik militer antara negara-negara besar. Kegagalan untuk mencapai resolusi damai dapat berdampak negatif terhadap keamanan dan stabilitas kawasan Asia-Pasifik dan dunia secara keseluruhan. Maka dari itu, konflik Laut China Selatan dapat diibaratkan bom waktu yang dapat meledak suatu waktu dan tentunya akan berdampak secara langsung terhadap keamanan Indonesia.

 

Untuk mencegah potensi besar konflik ini meluas dan Laut China Selatan menjadi Buffer Zone bagi negara-negara besar yang memiliki kepentingan. Indonesia telah harus mempersiapkan sejak dini kebijakan-kebijakan untuk memperkuat pertahanan dan keamanan di kawasan yang berbatasan dengan Laut China Selatan terutama Kepulauan Natuna. Meminjam konsep dari Environment Risk Management, untuk melihat konflik ini dari sudut pandang Indonesia, penulis menggunakan konsep Early Warning system yang telah digunakan di berbagai bidang untuk menggambarkan penyediaan informasi tentang keadaan berbahaya yang muncul Dimana informasi tersebut dapat memungkinkan tindakan di muka untuk mengurangi risiko yang terlibat.

 

Early Warning System (EWS)  atau Peringatan Dini dapat didefinisikan sebagai serangkaian kapasitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi peringatan yang tepat waktu, dan bermakna tentang kemungkinan kejadian ekstrim dan mengancam. Tujuannya untuk memungkinkan individu, komunikas, dan organisasi yang terancam untuk mempersiapkan dan bertindak dengan tepat dengna mengurangi kemungkinan bahaya dan risiko. Penjabaran lebih lanjut mengenai Early Warning System dapat dijabarkan dalam diagram berikut:

 

Diagram 1. Bentuk Early Warning System

Sumber data: East Asia Summit Earthquake Risk Reduction Centre
Sumber data: East Asia Summit Earthquake Risk Reduction Centre

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun