Tidak bisa tidak, hal ini harus segera teratasi. Harus dilakukan berbagai strategi agar api semangat kembali tersulut, membangkitkan kembali energi yang sempat padam, dan meraih kembali momentum.
Ini adalah sebuah usaha besar dan stratejik, dimana perusahaan harus mampu melakukan stakeholder re-engagement, para karyawan, perlu dirangkul kembali, dilibatkan, diberi pengrtian dan bangun motivasi. Selanjutnya, cari cara untuk mengatasi penyebab terjadinya stagnansi.
Ada banyak faktor yang biasanya berkontribusi dalam terjadinya stagnansi. Ada faktor teknis, seperti kehilangan momentum, karena tingginya kesibukan operasional.
Biasanya didalam proses transformasi, secara logis akan terjadi pertambahan load pekerjaan, hal ini lah dapat menyebabkan, kehilangan momentum tadi.
Yang sering terjadi juga adalah apa yang disebut sebagai scope creep, yaitu bertambah luasnya scope pekerjaan, seiring berjalannya project. Inipun bisa menyebabkan terjadinya delay dan keterlambatan, dan terkadang hilang fokus atas pekerjaan.
Selain faktor teknis, faktor manusia juga berkontribusi penyebab stagnansi. Sebut saja kondisi yang disebut change fatigue, change saturation atau burnout. Dimana para karyawan dilanda kelelahan, kejenuhan luar biasa dengan kondisi baru, yang berubah serba cepat, kesibukan tinggi, kebingungan dan macam macam lagi.
Perusahan perlu melakukan pedekatan yang proaktif dalam situasi ini. Re-engagement seluruh karyawan harus menjadi fokus utama, komunikasi yang efektif, dan dibutuhkan kemampuan untuk tetap melakukan berbagai penyesuaian agar bisa klop dengan perubahan situasi dalam perusahaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H