"Usulan apa sih Lin?" Hesti menghentikan langkahku seraya meminta kejelasan.
"Urban Farming. Kita bisa menangani masalah pencemaran lingkungan ini dengan menggalakkan Urban Farming, seperti yang telah diterangkan Pak Hendro kemarin."
Dalam perbincangannku dengan Pak Gunadi tadi sore sepertinya, rencanaku di tanggapi dengan baik. Aku menjelaskan panjang lebar tentang Urban Farming. Bahwa, masalah ini harus di selesaikan bersama. Bukan sibuk menyalahkan sana sini, tapi kita berani mengambil tindakan untuk keselamatan lingkungan bersama.Â
Malamnya, aku berdiskusi dengan Hesti. Tentang rencana Urban Farming, kini aku tidak mau menyia-nyiakan waktuku dengan hal yang tidak berfaedah. Menghabiskan malam minggu yang tidak jelas, pikirku. Setelah mendengar penjelasan Pak Hendro tentang Urban farming, aku mulai tertarik dan mempelajarinya. Berbekal catatan dari penjelasan Pak Hendro dan beberapa buku yang aku pinjam dari perpustakaan sekolah, kini kami mulai membuat perencanaan.
"Aku lihat di sepanjang jalan desa kita, masih minim akan penghijauan Hes." Aku memulai diskusi dengannya.
"Ya, iyalah! Kau tau sendiri ini bukan pedesaan tapi perkotaan. Jangankan memikirkan untuk menanam pohon di setiap jalan, rumah kita saja hampir tidak punya wajah Lin!"
Aku menghembuskan napas perlahan, membenarkan perkataan Hesti barusan. Memang, kondisi di kota jauh dari kata asri. Rumah kami saling berdempetan satu sama lain. Dan hampir setiap rumah di daerah perkotaan memang tidak mempunyai halaman.
"Tapi kita masih bisa memulainya kok! Kita budayakan tanaman hidroponik di setiap rumah."
"Aduhh, Lin! Kamu lupa kalau kita tidak punya banyak tempat untuk menanamnya."
"Kita bisa menggunakan cara vertikultural."Â
Di tengah perdebatanku dengan Hesti, muncul Rika dan Ririn teman sekelas yang aku minta kesediaannya untuk berdiskusi denganku akan upaya Urban Farming. Beruntungnya kita memang sama-sama tinggal di lingkungan perkotaan. Upayaku menggerakkan Urban Farming di lingkungan perkotaan akhirnya mendapat tanggapan baik dari Rika dan Ririn. Mereka pun bersepakat untuk memulai dari lingkungan keluarga sendiri.