Mohon tunggu...
Milq Nur Fazriah
Milq Nur Fazriah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Nama : Mil'q Nur Fazriah NIM : 121211053 Jurusan : Akuntansi | Universitas Dian Nusantara Dosen Pendamping : Prof. Dr, Apollo, M. Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Ranggawarsita, Kalasuba, Kalatidha, Kalabendhu dan Fenomena Korupsi di Indonesia

21 Juli 2024   00:17 Diperbarui: 21 Juli 2024   00:17 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tempo.co
Tempo.co

Apa itu korupsi ?

Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi yang bertentangan dengan etika dan hukum. Bentuk korupsi termasuk suap, penggelapan, nepotisme, penyalahgunaan wewenang, dan berbagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan lainnya. Korupsi telah menjadi masalah yang merajalela di Indonesia dan berdampak buruk pada kemajuan ekonomi dan sosial. Ini merusak sistem pemerintahan dan menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Meskipun korupsi biasanya dianggap sebagai tindakan individu, sebenarnya itu adalah masalah sistemik yang melibatkan banyak pihak dan lembaga. Seringkali, pelaku korupsi bekerja sama dengan pengusaha, pejabat pemerintah, dan bahkan aparat penegak hukum. Mereka menggunakan posisi dan kekuatan mereka untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok, seringkali dengan mengorbankan kepentingan publik.

Korupsi memengaruhi banyak aspek kehidupan. Di bidang ekonomi, korupsi menghambat investasi, mengurangi efektivitas penggunaan sumber daya, dan meningkatkan biaya proyek pemerintah. Di bidang sosial, korupsi menciptakan ketidakadilan, kesenjangan sosial, dan kerusakan moral masyarakat. Di bidang politik, korupsi melemahkan demokrasi dan supremasi hukum.

Mengapa Korupsi Terjadi?

Korupsi terjadi karena berbagai faktor yang saling berhubungan, antara lain:

  • Budaya dan Nilai Sosial

Korupsi dapat terus berkembang karena budaya yang mengizinkan korupsi. Korupsi dianggap normal dan diterima di banyak masyarakat. Adat istiadat sosial yang toleran ini membuat lingkungan di mana korupsi bukan saja mungkin terjadi tetapi juga diharapkan. Misalnya, ada beberapa budaya yang menganggap wajar untuk memberikan "uang pelicin" atau "hadiah" kepada pejabat publik untuk mempercepat proses birokrasi. Ini menunjukkan bagaimana korupsi telah menyebar ke berbagai bagian masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Selain itu, rendahnya penghargaan terhadap kejujuran dan integritas mencerminkan budaya ini. Orang yang mencoba bertindak jujur sering diasingkan atau bahkan dihukum di masyarakat yang korupsi. Ini menimbulkan tekanan sosial yang mendorong orang untuk korup.

  • Struktuk politik dan hukum

Korupsi seringkali terjadi karena sistem hukum yang lemah dan penegak hukum yang tidak berintegritas. Pelaku korupsi merasa aman dari penuntutan karena sistem hukum yang tidak efektif dan tidak independen. Ketika penegakan hukum tidak konsisten atau bias, orang percaya bahwa korupsi memiliki potensi keuntungan yang tinggi dan risiko yang rendah.

Selain itu, korupsi disebabkan oleh struktur politik yang korup. Korupsi seringkali terorganisir secara sistemik dan melibatkan partai politik dan pejabat tinggi di banyak negara, termasuk Indonesia. Korupsi meningkat karena sistem politik yang tidak transparan dan tidak akuntabel. Misalnya, dalam sistem politik yang sangat bergantung pada dana kampanye yang signifikan, calon-calon politikus mungkin tergoda untuk mendapatkan dana dari sumber-sumber yang tidak sah.

  • Faktor ekonomi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun