Bukti yang digunakan dalam argumentasi harus relevan dengan kecurangan yang dibuktikan. Bukti yang tidak relevan dapat melemahkan argumentasi dan membuat kesimpulan tidak meyakinkan.
Kekokohan Bukti
Argumentasi harus didukung oleh bukti yang kuat dan tidak bisa dipertanyakan keabsahannya. Bukti yang lemah atau meragukan dapat merusak kredibilitas argumentasi.
Contoh Nyata: Kasus Kecurangan Keuangan
Latar Belakang Kasus
Sebuah perusahaan manufaktur menemukan adanya ketidaksesuaian dalam laporan keuangan tahunannya. Ada beberapa transaksi yang tidak sesuai dengan catatan resmi perusahaan. Pihak manajemen mencurigai adanya kecurangan dan memutuskan untuk melakukan audit internal.
Pengumpulan Bukti
Tim audit mengumpulkan berbagai dokumen yang terkait dengan transaksi yang mencurigakan, termasuk:
- Faktur A, B, dan C: Faktur yang mencatat transaksi pembelian bahan baku dari pemasok.
- Bukti pembayaran: Dokumen bank yang mencatat transfer pembayaran kepada pemasok.
- Laporan bank: Rekening koran bank yang mencatat semua transaksi keuangan perusahaan.
- Email internal: Komunikasi antara manajer keuangan dan staf akuntansi yang terkait dengan transaksi tersebut.
Verifikasi Keabsahan
Dokumen diaudit oleh tim audit.
- Memeriksa metadata dokumen: Faktur A, B, dan C diubah setelah tanggal asli pembuatan, menurut metadata.
- Memeriksa tanda tangan digital: Tanda tangan digital yang valid tidak ada di semua dokumen.
- Konfirmasi dengan pihak ketiga: Pemasok yang tercantum pada faktur A, B, dan C menegaskan bahwa mereka telah menerima pembayaran dalam jumlah dan tanggal yang ditunjukkan pada faktur tersebut.