Setelah melewati kurang lebih tiga jam perjalanan yang cukup melelahkan, ahkirnya mobil kami berhenti tepat diarea pakir destinasi wisata Srambang Park, Ngawi, Jogorogo, Jawa Timur. Berkat bantuan GoogleMaps untuk pertama kalinya saya bersama keluarga dapat mengunjungi destinasi wisata Srambang Park di Jawa Timur. Kami berdomisili tinggal di Jawa Tengah sehingga melakukan perjalanan dan berwisata ke arah Jawa Timur merupakan pengalaman yang baru bagi kami.Â
Sunyi, sepi, dan hening itulah kesan pertama saat saya memasuki wilayah Srambang Park karena waktu itu bertepatan dengan bulan puasa dan masih kondisi pandemi sehingga tidak banyak yang berkunjung. Sempat muncul perasaan was-was dan takut ketika hendak melangkahkan kaki turun dari mobil. Hingga seorang bapak dengan mengendarai motor matic datang menghampiri kami dan memecahkan kesunyian yang ada.Â
"Srambang Park pak??" tanya bapak itu kepada ayah saya.Â
Ternyata bapak tersebut merupakan salah seorang petugas jaga pintu masuk Srambang Park yang memberikan informasi kepada kami mengenai biaya parkir, jasa ojek untuk mencapai loket masuk, harga tiket masuk, dan juga mengarahkan mobil kami pada posisi parkir yang tepat. Â
Ketika sampai di lokasi tersebut jam tepat menunjukkan pukul 12.00 siang sehingga kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sembari mengamati kondisi dan beradaptasi dengan lokasi baru yang kami kunjungi tersebut.Â
Makan siang kami siapkan khusus dari rumah meskipun dengan menu rumahan yang terbilang sederhana tetapi nikmat sungguh terasa karena ditemani dengan susasana baru yang sejuk dan pemandangan pepohonan rindang khas wilayah pegunungan.Â
Srambang Park memang berada di lereng Gunung Lawu sehingga wajar saja bila udara di tempat ini terbilang cukup sejuk dan rindang. Seusai makan siang kami pun bergegas berjalan kaki untuk mulai menyusuri jalan setapak yang berdasarkan info dari petugas setempat jalan yang harus kami tempuh kurang lebih sejauh 450 meter dari tempat parkir hingga sampai di air terjun Srambang Park.
Sebelum memasuki area taman wisatawan yang berkunjung wajib mengikuti standar protokol kesehatan yang ada seperti mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan mengecek suhu badan.
Pihak pengelola Srambang Park terlihat cukup ketat dalam menjalankan protokol kesehatan terbukti dengan adanya kesiapan fasilitas tempat pencucian tangan, alat pengukur suhu tubuh hingga tersedianya petugas yang berjaga untuk mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan tersebut sehingga wisatawan yang berkunjung merasa lebih aman.Â
Selain itu, sebelum masuk ke area taman kami membeli tiket masuk seharga Rp 15.000,- per orang dan petualangan dimulai selepas dari gerbang loket pembelian tiket tersebut.
Di sepanjang perjalanan menuju ke air terjun yang merupakan atraksi utama dari destinasi wisata Srambang Park ini, kami disambut dengan berbagai macam bentuk spot foto yang sangat unik, menarik, estetik, dan instragramable.Â
Konsep utama wisata yang diusung oleh pihak pengelola Srambang Park adalah wisata berbasis alam dengan menggabungkan unsur penataan taman modern sehingga terlihat sangat rapi dan tertata dengan baik. Alur wisatawan dirancang dengan baik sehingga membuat kami nyaman untuk terus menyusuri jalan setapak yang ada meskipun harus menempuh jarak yang cukup jauh yaitu sekitar 450 meter dengan berjalan kaki.Â
Suasana yang teduh berhiaskan alunan gemericik air sungai yang mengalir mampu melepas seluruh kepenatan yang ada. Hingga tidak terasa kami mulai melalui jalur yang disusun dari bebatuan alami dengan samping kanan dan kirinya merupakan sebuah tebing yang diselimuti tumbuhan hijau menghantarkan kami semakin dekat dengan titik air terjun.
Suasana yang jauh berbeda mulai saya rasakan ketika berada hampir mendekati titik air terjun. Berjalan di antara dua tebing dengan perlintasan yang terbuat dari bebatuan alami seperti membawa saya masuk ke sebuah dimensi lain.Â
Hawa yang terasa semakin dingin, hempasan angin yang membesar, dan suara deruh air yang jatuh dari atas bukit terdengar dengan sangat jelas. Kondisi tersebut menimbulkan kesan gelap, lembab, dan singup bagi saya.Â
Namun, ketika air terjun mulai terlihat di depan mata semua rasa letih, penat, takut, dan ragu-ragu hilang seketika yang kemudian tergantikan dengan ketakjuban akan keindahan yang terpancar dari air terjun yang mengalir cukup deras.Â
Saya memutuskan untuk menikmati keindahannya dari kejauhan karena terlihat awan mulai sayup-sayup meredup pertanda hujan segera turun. Setelah itu, saya langsung membuka lensa kamera untuk mengabadikan keindahan Air Terjun Srambang Park melalui beberapa foto/gambar.
Ketika saya mengambil gambar, percikan air seperti hujan gerimis menyentuh lembut wajah dan tangan meskipun saya berada cukup jauh dari titik air terjun. Kesejukan yang tercipta membuat saya enggan untuk bergegas meninggalkan lokasi tersebut. Namun, ketika saya melihat awan yang semakin menggelap memaksa kaki ini untuk kembali melangkah melanjutkan perjalanan pulang. Â
Di tempat ini hanya ada satu rute perjalanan saja sehingga untuk kembali ke parkiran setiap yang berkunjung akan melewati jalur yang sama seperti saat hendak berangkat menuju ke air terjun.Â
Meskipun harus menyusuri jalur tracking yang cukup panjang, saya merasa bahwa pengelola telah mendesain dengan sangat baik rutenya sehingga mampu dijangkau oleh segala lapisan usia. Jadi, tidak perlu kawatir bagi kaum-kaum rebahan seperti saya yang jarang olahraga ini masih sanggup kok untuk menyusuri jalur tracking yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H