Mohon tunggu...
milennesia kristi
milennesia kristi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang Berbagi Kisah

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Eksistensi Lompya Duleg Khas Delanggu Klaten

8 Juni 2021   12:32 Diperbarui: 8 Juni 2021   12:44 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi 

Mengetahui sejarahnya yang cukup unik saya langsung tertarik untuk menelusuri secara langsung keberadaan panganan ini dengan berkunjung ke pasar tradisional Delanggu. Butuh waktu tempuh sekitar 30 menit untuk sampai di pasar Delanggu dari Klaten Kota tempat saya tinggal. 

Di pasar tersebut tepatnya di depan kios Amalia salah satu pusat jajanan serba ada yang cukup terkenal di Delanggu, saya berhasil menemukan seorang penjual lompya duleg yang berasal dari Dukuh Lembuharjo bernama Ibu Susono atau yang semasa kecil dikenal dengan nama Ngadini. 

Ibu Susono menjajakan lumpianya dengan menggunakan sepeda yang dibagian belakangnya telah dipasang kotak dari kayu sebagai wadah lompya dan bumbu pelengkap lainnya. 

Terdapat dua kemasan yang digunakan untuk membungkus lompya duleg yaitu menggunakan plastik putih transparant dan kemasan mika plastik sedang ukuran 4A (16,5x9,5 cm). Perbedaan dari kedua kemasan tersebut hanya terletak pada jumlah lompya yang lebih banyak dengan menggunakan plastik. 

Saya memutuskan untuk membeli lompya duleg dengan kemasan plastik mika. Satu kemasan mika berisi 16 buah lompya duleg lengkap dengan juruhnya dan sejumlah cabai yang dibandrol dengan harga Rp5.000,- saja. Ibu Susono menyediakan beberapa kursi plastik bagi pembeli yang hendak makan lompya duleg ditempat tetapi kebanyakan orang yang membeli lompya duleg langsung membawanya pulang. 

Saya memutuskan untuk duduk sejenak menikmati lompya duleg sembari berbincang dengan Ibu Susono. Beliau sempat menceritakan kepada saya mengenai proses pengolahan lompya duleg yang ternyata cukup rumit. 

Tepung pati aren yang diperoleh dari wilayah Ponggok, Klaten harus direndam dan disaring berulang kali agar pati onggok yang nantinya akan digunakan untuk membuat kulit lompya tidak terlalu asam.

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi 
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi 

Ketika saya mencicipi lompya duleg untuk pertama kalinya, rasa yang domian muncul adalah gurih dengan tekstur kulit lompya yang kenyal dan sedikit sensasi renyah dari kecambah/toge yang digunakan sebagai isian. 

Selanjutnya, saya mencoba untuk membuka dan menuangkan juruh/sausnya yang bercitarasa manis dengan aroma bawang putih yang muncul tetapi tidak terlalu kuat. 

Taburan bawang goreng di atas lompya duleg menambah aroma dan citarasa gurih yang menggugah selera apalagi ditambah dengan mengigit cabai membuat kenikmatan panganan ini semakin meningkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun