Mohon tunggu...
Mila UrfaTaufiq
Mila UrfaTaufiq Mohon Tunggu... Lainnya - Sebelas Maret University

Psychology

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tilik: Kearifan Lokal dalam Perspektif Psikologi Budaya Jawa

12 Oktober 2022   10:00 Diperbarui: 12 Oktober 2022   10:02 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘Mangan ora mangan kumpul’ ungkapan tersebut yang juga mencerminkan kultur sosial Budaya Tilik yang berarti masyarakat Jawa senang berkumpul walaupun tidak ada makanan (dalam keadaan susah) yang bertujuan untuk memperkuat silaturahmi dan saling menguatkan antar sesama. Tilik merupakan budaya yang mengajak masyarakat untuk saling peduli, berbagi, gotong royong serta guyub rukun yang sudah mengakar terutama bagi masyarakat pedesaan di Jawa. Semakin tinggi strata seseorang yang akan dijenguk, maka semakin besar jumlah orang yang datang menjenguk. Solidaritas antar warga akan menumbuhkan rasa persatuan serta kesatuan yang mendukung terjalinnya kerukunan sehingga warga tetap kompak dalam melakukan kebaikan. Kuatnya solidaritas social biasanya muncul karena adanya kesamaan ciri-ciri sosial ekonomi, budaya, dan tujuan hidup yang diimbangi dengan kontrol sosial melalui norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Budaya Tilik merupakan warisan asli budaya Jawa yang mengangkat pola keseharian masyarakat Jawa pada umumnya. Inti dari Tilik adalah saling menguatkan serta merekatkan kembali satu sama lain. Tilik biasanya dilakukan secara bersama-sama, bagi masyarakat Jawa apabila ada tetangga yang sakit, maka tetangga terdekat akan bermusyawarah dengan tetangga lainnya untuk melakukan tilik serta memberikan sedikit uang untuk meringankan biaya pengobatan keluarga yang sakit. Budaya yang dilakukan masyarakat Jawa ini merupakan bentuk tulung-tinulung, gotong-royong, tanggung jawab, serta sikap tepo seliro.  Budaya Tilik bagi orang yang sakit dan kehilangan anggota keluarga dapat menjadi support system untuk lekas pulih dari sakit serta penghiburan akan kesedihannya sehingga dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan beraktivitas bersama warga. Sedangkan bagi yang menjenguk dapat menambah rasa syukur pada Tuhan atas kesehatan dan kesempatan yang diberikan, dengan menjenguk orang sakit dapat memperkuat solidaritas antar warga. Selain itu, Tilik bagi orang yang lahiran dan pulang dari haji merupakan suatu ungkapan rasa syukur atas kelahiran serta keselamatan dalam perjalanan beribadah ke tanah suci Mekkah.

Daftar Pustaka

Astuti, C. W. (2017). Sikap Hidup Masyarakat Jawa dalam Cerpen-Cerpen Karya Kuntowijoyo. Jurnal Kata: Penelitian tentang Ilmu Bahasa dan Sastra, 1(1): 64-71.

Lestari, R. (2016). Transmisi Nilai Prososial Pada Remaja Jawa. Indigenous: Jurnal ilmiah Psikologi, 1(2).

Lim, K.M. 2007. Development of Prosocial Values : Serving Learning as a Strategy. Youth Guidance : Issues, Interventions & Reflections, 28 – 40. Singapore : Pearson Education.

Satata, D. B. (2021). Analisis Hubungan Interpersonal dalam Film 'Tilik" pada Perspektif Psikologi. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 23 (1) : 108-114.

Tamsil, I. S. (2021). Kearifan Lokal Budaya Jawa dalam Film "Tilik". Jurnal Simbolika: Research and Learning in Communication Study (E-Journal), 7 (2): 152-165.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun