Mengajar di perguruan tinggi adalah tanggung jawab yang penuh tantangan sekaligus peluang. Di hadapan saya, setiap hari, adalah mahasiswa-mahasiswa dengan mimpi besar, yang datang dengan latar belakang dan kepribadian yang beragam.
Sebagai dosen IPA di Prodi PGSD, tugas saya bukan hanya menyampaikan teori atau konsep IPA, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mereka yang sedang merintis jalan menuju masa depan.
Hari Pertama: Ketika Teori Bertemu Kenyataan
Sebagai dosen yang berlatar belakang pendidikan, saya memasuki ruang kuliah pada mahasiswa baru Tahun Akademik 2024-2025 dengan perasaan campur aduk---semangat, cemas, dan penasaran.
Mahasiswa-mahasiswa saya adalah anak muda dengan energi besar, tetapi tidak semuanya siap menerima materi yang saya sampaikan. Ada yang asyik mencatat, ada yang fokus pada layar laptop, tetapi ada juga yang tampak bosan dan hanya sesekali menatap ke depan.
Saat itu, saya merasa terpanggil untuk menemukan cara yang lebih efektif dan bermakna dalam mengelola kelas. Saya ingin mereka melihat kelas bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi sebagai tempat mereka berkembang dan menemukan inspirasi.
Menghadirkan Makna di Balik Materi
Saya menyadari bahwa mahasiswa seringkali merasa belajar adalah aktivitas yang terpisah dari dunia nyata. Maka, saya mencoba membawa konteks ke dalam setiap pembahasan.
Ketika mengajar tentang ekosistem dalam mata kuliah IPA Biologi , misalnya, saya memulai dengan pertanyaan, "Bagaimana dampak deforestasi di sekitar tempat tinggal kalian?"
Diskusi pun menjadi lebih hidup. Beberapa mahasiswa membagikan cerita pribadi tentang lingkungan tempat tinggal mereka, sementara yang lain mulai berdiskusi tentang solusi.
Dari situ, saya belajar bahwa menghubungkan materi dengan kehidupan nyata dapat membangun rasa relevansi dan memotivasi mereka untuk belajar.
Mendengarkan Suara Mahasiswa
Di suatu pertemuan, saya mengadakan sesi umpan balik. Saya meminta mereka menuliskan kesan, kritik, atau ide tentang cara saya mengajar. Salah satu komentar yang menyentuh hati saya berbunyi: