Mohon tunggu...
Mila Sebmi
Mila Sebmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nothing is impossible unless Allah wills

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenakalan Remaja: Perspektif Konseptual dalam Pembentukan Perilaku Sosial

21 Desember 2024   22:37 Diperbarui: 22 Desember 2024   06:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kenakalan Remaja: Perspektif Konseptual dalam Pembentukan Perilaku Sosial

Penulis: Mila Sebmi Angglepi, Vera Sardila

Pendahuluan

Kenakalan remaja selalu menjadi isu yang menarik untuk dibahas, terutama dalam konteks perubahan sosial yang terjadi dengan pesat di masyarakat modern. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja sering kali dipandang sebagai manifestasi dari kekacauan moral atau kerusakan dalam pendidikan keluarga. Namun, jika kita melihat lebih jauh, kenakalan remaja tidak hanya sekadar masalah individual atau perilaku yang terisolasi, melainkan merupakan fenomena sosial yang dapat dipahami melalui berbagai perspektif konseptual.

Fenomena kenakalan remaja sering kali dipandang dengan cara yang sangat pragmatis dan konvensional, yaitu sebagai perilaku menyimpang yang berbahaya bagi masyarakat. Kenakalan ini dianggap mencerminkan penurunan moralitas atau rusaknya nilai-nilai sosial yang berlaku di kalangan remaja. Namun, dalam kajian sosiologi dan psikologi sosial, kenakalan remaja harus dilihat sebagai sebuah produk dari interaksi yang lebih luas, yang melibatkan berbagai faktor sosial, kultural, dan struktural. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menggali kenakalan remaja dari perspektif konseptual, dengan menggunakan berbagai teori sosial yang menjelaskan penyebab dan dampak fenomena ini dalam masyarakat.

Konsep Kenakalan Remaja dalam Perspektif Teoritis

Kenakalan remaja sering dipandang sebagai fenomena perilaku yang menyimpang dari norma sosial yang berlaku. Namun, penting untuk memahami bahwa makna kenakalan remaja tidak selalu bersifat tunggal, melainkan bersifat relatif tergantung pada norma dan nilai sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam beberapa masyarakat, perilaku yang dianggap sebagai kenakalan di satu tempat, mungkin tidak dianggap demikian di tempat lain. Oleh karena itu, penting untuk melihat kenakalan remaja sebagai sebuah konsep yang dinamis, yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan kultural.

Beberapa teori sosial telah dikembangkan untuk menjelaskan fenomena kenakalan remaja ini. Setiap teori memberikan perspektif yang berbeda tentang penyebab dan mekanisme yang mendasari perilaku menyimpang ini. Dalam analisis ini, kita akan membahas beberapa teori utama yang memberikan pandangan konseptual tentang kenakalan remaja, yaitu teori anomie, teori diferensial asosiasi, dan teori konflik.

1. Teori Anomie oleh Emile Durkheim

Teori anomie yang dikemukakan oleh Emile Durkheim adalah salah satu teori paling berpengaruh dalam sosiologi untuk menjelaskan fenomena kenakalan remaja. Durkheim mendefinisikan anomie sebagai keadaan ketidakseimbangan antara tujuan sosial yang diinginkan dan cara-cara yang tersedia untuk mencapainya dalam masyarakat. Dalam konteks remaja, anomie ini terjadi ketika individu merasa bahwa tujuan-tujuan sosial yang diharapkan oleh masyarakat---seperti pencapaian kesuksesan material atau status sosial---tidak dapat dicapai dengan cara-cara yang sah atau sesuai dengan norma yang ada. Ketika remaja merasa tidak memiliki saluran yang sah untuk mencapai tujuan tersebut, mereka cenderung mencari alternatif lain, yang sering kali berupa perilaku menyimpang.

Sebagai contoh, dalam masyarakat yang sangat menekankan prestasi akademik atau kesuksesan finansial, remaja yang merasa tidak mampu mencapai tujuan tersebut karena keterbatasan sosial atau ekonomi dapat berisiko untuk terlibat dalam tindakan-tindakan kenakalan, seperti perundungan, perkelahian, atau penyalahgunaan narkoba. Dalam hal ini, anomie berfungsi sebagai penjelasan bagi remaja yang merasa teralienasi atau tidak berdaya di hadapan sistem sosial yang menuntut kesuksesan tanpa memberikan akses yang setara kepada semua individu.

2. Teori Diferensial Asosiasi oleh Edwin Sutherland

Teori diferensial asosiasi yang dikemukakan oleh Edwin Sutherland menjelaskan bahwa kenakalan remaja adalah hasil dari proses belajar melalui interaksi sosial dengan kelompok-kelompok tertentu. Menurut teori ini, remaja belajar perilaku menyimpang dari orang lain, khususnya teman sebaya atau kelompok yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dari norma sosial yang berlaku. Dalam pandangan ini, kenakalan remaja bukanlah perilaku yang terjadi secara spontan atau bawaan, melainkan sesuatu yang dipelajari melalui interaksi sosial.

Proses pembelajaran ini terjadi ketika remaja mengidentifikasi diri dengan kelompok-kelompok yang cenderung mendorong perilaku menyimpang, seperti kelompok yang terlibat dalam tindakan kriminal, kekerasan, atau penyalahgunaan zat terlarang. Sebagai contoh, seorang remaja yang bergabung dengan kelompok teman sebaya yang sering melakukan perundungan atau kejahatan kecil akan lebih cenderung untuk meniru perilaku kelompok tersebut demi mendapatkan pengakuan atau rasa diterima. Teori ini menunjukkan bahwa kenakalan remaja dapat dianggap sebagai respons terhadap lingkungan sosial mereka yang memberikan norma dan perilaku menyimpang.

3. Teori Konflik oleh Karl Marx

Teori konflik oleh Karl Marx memberikan perspektif yang berbeda dalam memahami kenakalan remaja. Menurut Marx, ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan dalam struktur sosial menyebabkan individu atau kelompok yang terpinggirkan merasa teralienasi dan tidak memiliki akses yang setara untuk mencapai tujuan-tujuan sosial. Dalam hal ini, kenakalan remaja dapat dilihat sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan sosial atau sebagai akibat dari ketegangan antara kelompok yang dominan (misalnya, kelas sosial yang lebih tinggi) dengan kelompok yang tertindas (seperti kelas pekerja atau individu yang hidup dalam kemiskinan).

Kenakalan remaja dalam perspektif konflik adalah bentuk reaksi terhadap ketidaksetaraan yang terjadi di dalam masyarakat. Remaja yang hidup dalam kemiskinan atau dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian sosial mungkin merasa bahwa sistem yang ada tidak memberi mereka kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan atau memperoleh pengakuan yang mereka inginkan. Sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan ini, mereka mungkin berperilaku menyimpang sebagai cara untuk mendapatkan perhatian atau sebagai bentuk perlawanan terhadap struktur sosial yang menindas mereka.

Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja tidak dapat dipahami hanya melalui teori-teori sosial yang ada. Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam pembentukan kenakalan ini juga perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain keluarga, teman sebaya, kondisi sosial ekonomi, dan media massa.

1. Keluarga: Sumber Pengaruh Pertama

Keluarga merupakan lingkungan pertama tempat remaja belajar tentang norma dan nilai sosial. Keluarga yang kurang memberikan perhatian atau pengawasan kepada anaknya, atau yang mengalami disfungsi (seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, atau kecanduan), cenderung menghasilkan remaja yang lebih rentan terhadap kenakalan. Dalam keluarga yang tidak harmonis, remaja mungkin merasa terabaikan dan mencari cara lain untuk mendapatkan perhatian, bahkan jika itu berarti berperilaku menyimpang.

2. Pengaruh Teman Sebaya

Pada masa remaja, pengaruh teman sebaya menjadi sangat besar. Remaja lebih cenderung terlibat dalam kenakalan ketika mereka berada dalam kelompok yang mendukung perilaku menyimpang, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau terlibat dalam kekerasan. Proses pembelajaran melalui teman sebaya ini menguatkan teori diferensial asosiasi, di mana remaja yang berada dalam kelompok dengan norma yang menyimpang lebih cenderung untuk mengikuti perilaku tersebut.

3. Kondisi Sosial dan Ekonomi

Lingkungan sosial dan ekonomi juga berperan besar dalam pembentukan perilaku kenakalan remaja. Remaja yang tumbuh dalam keluarga miskin atau di lingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi lebih rentan terlibat dalam kenakalan. Ketika remaja merasa terhambat dalam mencapai tujuan atau impian mereka karena keterbatasan ekonomi atau akses, mereka cenderung mencari alternatif lain yang bisa memberikan mereka rasa puas atau pengakuan, seperti terlibat dalam perbuatan kriminal atau perilaku anti-sosial.

4. Peran Media Massa dan Teknologi

Di era digital saat ini, media massa dan teknologi, seperti media sosial dan internet, memainkan peran besar dalam membentuk perilaku remaja. Konten yang mengandung kekerasan, pornografi, atau perilaku merusak lainnya dapat dengan mudah diakses oleh remaja. Tidak hanya itu, media sosial juga memperburuk perbandingan sosial yang dapat menyebabkan remaja merasa rendah diri atau terisolasi, yang sering kali memicu mereka untuk terlibat dalam perilaku kenakalan sebagai cara untuk mengatasi tekanan tersebut.

Kenakalan Remaja: Sebuah Komunikasi Sosial

Kenakalan remaja, dari sudut pandang konseptual, bukan hanya perilaku yang perlu dihukum atau ditekan, tetapi juga harus dipahami sebagai bentuk komunikasi sosial. Kenakalan remaja sering kali mencerminkan ketidakpuasan terhadap struktur sosial yang ada, termasuk ketidakadilan sosial dan ekonomi yang mereka alami. Sebagai bentuk protes terhadap norma sosial yang tidak relevan dengan kehidupan mereka, kenakalan menjadi cara bagi remaja untuk menyampaikan ketidakpuasan atau perasaan terpinggirkan mereka.

Dalam beberapa kasus, kenakalan remaja juga dapat dilihat sebagai bagian dari pencarian identitas diri mereka. Remaja pada umumnya sedang berada dalam fase perkembangan yang penuh dengan kebingungannya dalam mencari siapa diri mereka dan apa peran mereka dalam masyarakat. Melalui eksperimen dengan berbagai peran sosial, mereka terkadang melakukan tindakan yang dianggap menyimpang oleh masyarakat, sebagai bagian dari upaya mereka untuk memahami siapa diri mereka.

Kesimpulan

Kenakalan remaja adalah fenomena sosial yang kompleks dan memiliki banyak dimensi. Dari perspektif konseptual, kita bisa melihat bahwa kenakalan remaja bukan hanya masalah perilaku individu yang buruk, tetapi juga hasil dari interaksi yang lebih luas antara remaja dengan struktur sosial, norma, nilai budaya, serta proses psikososial yang dialami selama masa perkembangan mereka. Kenakalan remaja sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ketidaksetaraan sosial, kondisi keluarga, pengaruh teman sebaya, serta media massa dan teknologi.

Untuk mengatasi masalah ini, kita tidak hanya perlu mengatasi perilaku menyimpang itu sendiri, tetapi juga harus memperbaiki kondisi sosial yang menciptakan peluang bagi perilaku menyimpang tersebut berkembang. Solusi yang holistik diperlukan, yang melibatkan pendekatan dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, serta pemerintah. Upaya untuk mencegah kenakalan remaja harus dimulai dari keluarga sebagai lingkungan pertama tempat remaja belajar tentang nilai-nilai sosial yang berlaku. Orang tua perlu memberikan perhatian lebih terhadap perkembangan psikologis dan sosial anak-anak mereka, serta mengedukasi mereka mengenai konsekuensi dari perilaku menyimpang.

Selain itu, sekolah dan lembaga pendidikan juga memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter remaja. Program pendidikan karakter, pembinaan moral, serta pemberian wawasan mengenai pentingnya sosialitas dan empati di kalangan remaja bisa membantu mereka untuk memahami pentingnya berperilaku positif dalam masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan yang berbasis pendidikan dan pencegahan lebih dinilai efektif daripada hanya menghukum atau memberikan sanksi.

Penting juga untuk memperhatikan konteks sosial dan ekonomi tempat remaja tinggal. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang ada di banyak komunitas dapat menciptakan tekanan bagi remaja untuk melakukan kenakalan sebagai respons terhadap kondisi yang mereka hadapi. Oleh karena itu, upaya pengurangan kemiskinan, pemerataan akses pendidikan, serta pemberdayaan komunitas sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan mengurangi tingkat kenakalan remaja.

Masyarakat juga perlu mendukung upaya-upaya preventif melalui berbagai kegiatan yang melibatkan remaja, seperti organisasi kepemudaan, program-program sosial, dan aktivitas olahraga yang positif. Dengan melibatkan remaja dalam kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan sosial dan rasa tanggung jawab, kita dapat memberikan alternatif yang lebih sehat bagi mereka untuk mengekspresikan diri dan membentuk identitas mereka.

Selain itu, penting untuk menyadari bahwa perkembangan teknologi dan media sosial membawa tantangan tersendiri. Remaja yang sangat terpapar dengan berbagai jenis konten online, baik yang positif maupun negatif, sangat membutuhkan pendampingan dalam memfilter informasi dan memahami dampak dari perilaku yang dipromosikan di dunia maya. Pemerintah dan platform digital harus bekerja sama untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman bagi remaja, dengan menekankan nilai-nilai positif dan mengedukasi mereka mengenai dampak buruk dari penyalahgunaan media sosial.

Masa Depan Kenakalan Remaja dan Solusinya

Menanggapi fenomena kenakalan remaja dalam masa depan, kita perlu melihatnya sebagai tantangan dinamis yang memerlukan adaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi yang terus berkembang. Perubahan-perubahan ini membawa dampak besar bagi kehidupan remaja, yang hidup di tengah gejolak teknologi dan globalisasi. Dalam hal ini, penting bagi masyarakat untuk terus memperbarui cara-cara mendidik dan mengarahkan remaja agar mereka tetap berada pada jalur yang positif, meskipun banyak godaan atau tantangan yang dapat mengarah pada perilaku menyimpang.

Melihat fenomena ini dalam konteks sosial, kita tidak hanya menghadapi kenakalan remaja sebagai masalah yang harus diatasi, tetapi sebagai kesempatan untuk lebih memahami remaja, serta memperbaiki struktur sosial dan norma-norma yang ada dalam masyarakat kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun