2. Teori Diferensial Asosiasi oleh Edwin Sutherland
Teori diferensial asosiasi yang dikemukakan oleh Edwin Sutherland menjelaskan bahwa kenakalan remaja adalah hasil dari proses belajar melalui interaksi sosial dengan kelompok-kelompok tertentu. Menurut teori ini, remaja belajar perilaku menyimpang dari orang lain, khususnya teman sebaya atau kelompok yang memiliki nilai-nilai yang berbeda dari norma sosial yang berlaku. Dalam pandangan ini, kenakalan remaja bukanlah perilaku yang terjadi secara spontan atau bawaan, melainkan sesuatu yang dipelajari melalui interaksi sosial.
Proses pembelajaran ini terjadi ketika remaja mengidentifikasi diri dengan kelompok-kelompok yang cenderung mendorong perilaku menyimpang, seperti kelompok yang terlibat dalam tindakan kriminal, kekerasan, atau penyalahgunaan zat terlarang. Sebagai contoh, seorang remaja yang bergabung dengan kelompok teman sebaya yang sering melakukan perundungan atau kejahatan kecil akan lebih cenderung untuk meniru perilaku kelompok tersebut demi mendapatkan pengakuan atau rasa diterima. Teori ini menunjukkan bahwa kenakalan remaja dapat dianggap sebagai respons terhadap lingkungan sosial mereka yang memberikan norma dan perilaku menyimpang.
3. Teori Konflik oleh Karl Marx
Teori konflik oleh Karl Marx memberikan perspektif yang berbeda dalam memahami kenakalan remaja. Menurut Marx, ketidaksetaraan sosial dan ketidakadilan dalam struktur sosial menyebabkan individu atau kelompok yang terpinggirkan merasa teralienasi dan tidak memiliki akses yang setara untuk mencapai tujuan-tujuan sosial. Dalam hal ini, kenakalan remaja dapat dilihat sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan sosial atau sebagai akibat dari ketegangan antara kelompok yang dominan (misalnya, kelas sosial yang lebih tinggi) dengan kelompok yang tertindas (seperti kelas pekerja atau individu yang hidup dalam kemiskinan).
Kenakalan remaja dalam perspektif konflik adalah bentuk reaksi terhadap ketidaksetaraan yang terjadi di dalam masyarakat. Remaja yang hidup dalam kemiskinan atau dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian sosial mungkin merasa bahwa sistem yang ada tidak memberi mereka kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan atau memperoleh pengakuan yang mereka inginkan. Sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan ini, mereka mungkin berperilaku menyimpang sebagai cara untuk mendapatkan perhatian atau sebagai bentuk perlawanan terhadap struktur sosial yang menindas mereka.
Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja tidak dapat dipahami hanya melalui teori-teori sosial yang ada. Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam pembentukan kenakalan ini juga perlu diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain keluarga, teman sebaya, kondisi sosial ekonomi, dan media massa.
1. Keluarga: Sumber Pengaruh Pertama
Keluarga merupakan lingkungan pertama tempat remaja belajar tentang norma dan nilai sosial. Keluarga yang kurang memberikan perhatian atau pengawasan kepada anaknya, atau yang mengalami disfungsi (seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, atau kecanduan), cenderung menghasilkan remaja yang lebih rentan terhadap kenakalan. Dalam keluarga yang tidak harmonis, remaja mungkin merasa terabaikan dan mencari cara lain untuk mendapatkan perhatian, bahkan jika itu berarti berperilaku menyimpang.
2. Pengaruh Teman Sebaya